Gathering, Mengembalikan Kebersamaan yang Hilang

Humaniora, Sosbud0 Dilihat

 

Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon). Tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, bahkan sejak pertama kali Tuhan menciptakan manusia pertama bernama Adam. Adam merasa kurang nyaman tinggal di surga karena saat itu belum ada manusia lain selain dirinya. Hingga pada akhirnya Tuhan menciptakan makhluk lain yang segolongan dengan Adam yang kemudian diberi nama Hawa.

Seiring perjalanan waktu dan tingkat kesibukan serta frekuensi kerja yang tinggi, membuat sebagian besar manusia merasa sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan mengalami proses individualisasi. Sejak pagi, bahkan sebelum sang fajar menampakkan dirinya, banyak di antara kita yang sudah berjibaku dengan pekerjaannya masing-masing. Kemacetan di jalan, masalah di lingkungan kerja, tekanan pekerjaan, dan banyak hal lain yang sering memicu munculnya ketegangan atau stress.

Untuk mengembalikan tingkat kesegaran, dan menambah kekompakan serta menghilangkan sifat individualistis, diperlukan adanya sebuah kegiatan yang out of the box, keluar dari rutinitas aktivitas sehari-hari. Sebaiknya kegiatan tersebut bisa dikuti oleh anggota keluarga (family gathering) atau rekan dalam satu pekerjaan (employee gathering). Dalam kegiatan ini sebaiknya tidak ada lagi sekat-sekat posisi dalam keluarga atau posisi jabatan dalam pekerjaan. Semua berbaur dan melebur menjadi satu suasana gembira dan  bahagia.

Namun perlu diingat pula, bahwa kegiatan gathering tersebut harus diisi dengan kegiatan yang positif bukan kegiatan yang kontra produktif. Jangan sampai kegiatan gathering banyak diisi oleh kegiatan yang cendrung hura-hura seperti larut dan terbuai dalam hentakan dan alunan musik yang berlebihan, begadang sampai larut malam, atau bahkan diisi dengan makanan/minuman yang dilarang.

Sudah menjadi sifat manusia yang suka berkeluh kesah. Kita sering mengeluh ketika belum mendapat pekerjaan. Bahkan ketika pekerjaan sudah didapatkan pun, kita juga kadang suka mengeluh dengan pekerjaan kita.

Disinilah diperlukan sebuah sikap ikhlas. Kita harus menerima dengan senang setiap keadaan yang kita alami, seraya tetap berusaha dan berlari mengejar setiap impian kita agar menjadi kenyataan.

Sejatinya, sebuah acara gathering hanyalah sebuah momentum penciptaan suasana menuju keadaan penyegaran kembali. Semua tergantung kepada kita. Apakah kita termasuk orang yang dibentuk oleh suasana atau tidak larut pada suasana. Sehebat apapun seorang motivator bicara, kalau tidak ada kesadaran dalam diri maka tidak akan banyak membawa arti.

Semoga kita termasuk manusia yang pandai bersyukur serta dapat hidup berdampingan dengan manusia lainnya dalam balutan keharmonisan dan Keakraban.***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan