“Sebut Asma – Nya Bang.” Ku tuntun dirinya yang selama ini menuntutku dalam kebaikan.
Sekali hentakan napas keluar dari hidungnya, menetes air bening dari netraku yang sudah bengkak. Sepekan ini bagaikan kran yang bocor netra ini terus mengeluarkan air setiap menatap dirinya tertidur dalam sakit yang dideritanya.
Mengelus pipinya yang tirus, sangat berbeda dengan enam bulan yang lalu. Semua yang ada pada dirinya membuatku malu untuk mengatakannya. Netra hitam legam bagaikan lirikan elang kepada mangsanya aku selalu terlena dengan tatapan mata elangnya, hidung mancung walaupun tidak semancung hidung orang barat. Bibir sexy, bagaimana tidak seksi karena tidak merokok selalu merah dengan bentuk bibir yang proposional.
Penyakit yang mengrogotinya tidak membuat dirinya melupakan kewajiban sebagai umat yang melupakan sang pencipta. Kadang ada rasa kesal, kita dirinya mengingatku untuk tidak lupa sholat malam serta mengerjakan sunat setelah wajib yang tidak pernah aku lupakan berkat tuntunannya sebagai imam setelah kata sah terucap atas namaku sepuluh tahun yang lalu.
Sambil menatap siaran TV yang menyiarkan bagaimana tahun ini segala sesuatu tentang haji tidak pernah luput dari perhatiannya.
“Entah sampai atau tidak hajat kita untuk bertamu kerumah – Nya.” Tersentak aku mendengar ucapannya.
“Insyallah bisa Bang, tidak lama lagi kita akan berangkat.” Ucapku memberikan semangat
Sebulan setelah kami menikah, mahar yang seharusnya kami gunakan untuk pesta teralihkan dengan spontan ke dana haji. Tersentuh hatiku ketika dirinya mengatakan
“Ais, bagaimana jika dana untuk pesta dijadikan dana tabungan untuk haji saja. Apalagi masa ini tidak memungkinkan kita untuk berpesta.”
Aku melirik kearahnya sepintas, benar apa yang dikatakannya seharusnya kami bergembira. Sudah setahun kami bertunang hanya tinggal menunggu sebulan tapi duka itu datang, Ayah yang seharusnya menikahkan kami di panggil yang maha pemberi nyawa, tidak ingin menunda nikah hanya mengalihkan dana yang tersedia untuk yang lebih bermanfaat saja.
Pesta sederhana, untung Emak tidak masalah dengan permintaan bang Faisal, satu lagi yang menjadikan aku bersedia menjadi istrinya, ketika dia berkata (Bersambung)