Maafkan Aku Runni
“Anita, Anita…. Tunggu,” dengan terengah-engah Runni mengejar Anita yang sudah siap untuk mengikuti pelajaran Olah raga.
“Ayo Run, Pak Joko sudah menyiapkan teman-teman untuk olah raga di lapangan,” ajak Anita.
“Huuf hampir aku terlambat, Nit,” ucap Runni.
“Iya kenapa sih kamu berangkat kesiangan? Tanya Anita.
“Aku membantu Ibu, Nit. Ibu sedang repot, adik ku sedang sakit,” jelas Runni.
“Ya sudah ayuk kita menyusul teman-teman yang sudah siap di lapangan,” ajak Anita.
Mereka segera berlari menuju lapangan. Di sana sudah terlihat teman-teman yang lain telah berbaris rapi. Pak Joko selaku guru olah raga pun sudah siap memberikan penjelasan.
“Maaf, Pak. kami terlambat,” ucap Anita.
“Iya silahkan masuk barisan! perintah Pak joko.
Setelah Anita dan Runni sudah berada dalam barisan. Pak Joko mulai memberi pengarahan pelaksanaan olah raga hari ini. Semua siswa memperhatikan dengan baik. Pak joko menyampaikan teknik permainan bola volly. Setelah penjelasan dan pengarahan siswa segera mempraktikkan untuk melakukan servis bawah. Semua siswa mencoba malakukan servis bawah.
Tiga jam pelajaran olah raga telah dilaksanakan. Tiba saatnya mereka untuk istirahat. Para siswa kembali ke kelas untuk mengambil baju. Biasanya siswa putri yang lebih dahulu sampai di kelas. Runni dan Anita pun tiba di kelas. Di sana sudah terlihat Dewi yang terlihat buru-buru memasukkan sesuatu dalam sakunya. Anita tak menghiraukan Dewi, hanya sekedar menyapa karena Dewi segera meninggalkan kelas.
“Nit, kita jajan ya. Aku hari ini tidak bawa bekal makan,” ucap Runni.
“Aku bawa, Run. Kita makan sama-sama ya,” ajak Anita.
“Tidak usah, Nit. Aku ada uang kok. Tadi pagi Ibu beri aku uang untuk bayar buku dan ada sisa untuk uang jajanku,” jelas Runni.
“Bener kamu ga mau ikut makan bekalku? tanya Anita.
“Iya, Nit. Kamu makan aja,” ucap Runni. Tangannya tak henti mencari sesuatu di dalam saku seragamnya. Namun tak di temukan uang yang Runni taruh di saku seragamnya.
“Kenapa, Run? tanya Anita.
“Kok uangku ga ada ya, Nit. Perasaan tadi setelah aku terima dari ibu langsung aku masukkan ke saku seragamku,” jelas Runni.
“Coba inget-inget dulu mungkin kamu lupa simpenya,” kata Anita.
Sementara Runni belum menemukan uangnya. Anita membantu mencari di sekitar tempat duduk Runni. Mungkin saja tadi terjatuh saat Runni ganti baju olah raga. Sampai beberapa saat Anita dan Runni tak menemukan uangnya. Anita pun mengajak makan bekal yang ia bawa. Runni tak bisa menolak.
“Run, nanti kita tanya saja sama-teman-teman, mungkin ada yang tahu dan menemukan uang kamu,” pinta Anita.
“Tapi,… suara Runni terhenti karena kedatangan Dewi dan teman yang lain.
Bel berbunyi tanda jam istirahat telah usai. Semua siswa segera masuk ke dalam kelas. Bu Guru memasuki kelas dengan senyum dan sapanya yang khas yang membuat para siswa semangat mengikuti pelajaran walau setelah olah raga.
Sebelum Bu Guru menyampaikan pelajaran, beliau menanyakan tentang pembayaran buku lks yang seharusnya hari ini semua siswa sudah lunas.
“Ibu harap kalian hari ini bisa melunasi pembayaran buku lks ya,” pinta Bu Guru.
“Maaf bu, tadi saya mau membayar bukunya, tapi… uangnya hilang,” kata Runni.
“Lhu tadi naruhnya di mana, Run? tanya bu guru.
“Tadi saya taruh di saku seragam saya, Bu. Tapi saya cari tidak ada,” jelas Runni.
“Baiklah kita tanya ke teman-teman,” ucap Bu Guru.
Suasana tiba-tiba jadi hening, semua siswa terdiam.Padahal Bu Ida belum beri pertanyaan.
“Anak-anakku, kuharap kalian nanti bisa jawab dengan jujur ya! pinta Bu Guru.
“Iya, Bu.” kompak seluruh siswa menjawabnya.
“Begini anak-anakku, Runni teman kita hari ini kehilangan uang, apakah kalian ada yang tau? tanya Bu Guru.
“Saya tidak tau Bu, jawab Rizal.
“Saya juga tidak tahu, Bu,” timpal Nino. Diikuti siswa yang lain mengatakan mereka tidak tahu. Sementara di meja nomor dua dari belakang, terlihat Dewi seperti sedang memikirkan sesuatu. Bu Ida tahu hal itu. Namun sengaja Bu Guru tak mengintrogasi Dewi.
“Baiklah anak-anakku, jika kalian tidak tahu dan nanti kalian menemukan segera hubungi Runni atau Bu Guru. Kasihan Runni mau membayar buku,” ungkap Bu Guru.
“Runni, Ibu maklumi ya, kamu belum bisa bayar buku lksnya. Semoga uangmu bisa ditemukan.” Smbung Bu Guru.
“Aamiin … iya Bu,” jawab Runni dan teman-teman.
Runni merasa bersalah dengan ibunya karena belum bisa bayar buku, apa kata ibunya nanti jika tahu uangnya hilang. Padahal ibu sedang banyak pengeluaran semenjak adik sakit. Runni seperti tak fokus dengan pelajarannya, dan Dewi tahu itu.
Dewi tanpa sengaja melihat uang itu di bawah meja, tanpa sepengetahuan temanya Dewi pun tergerak untuk mengambilnya. Dewi butuh uang itu. Beberapa hari yang lalu Dewi sudah di beri uang untuk membayar buku namun uangnya malah buat jajan. Dewi takut mengatakan ke ibunya. Namun melihat Runni sangat bimbang Dewi pun tak tega.Dewi merasakan bagimana rasanya jika teman yang lain sudah bayar namun kita belum. Tapi bagaimana ngomong sama Runni. Lalu jika Dewi ngomong tentu teman-teman nanti mengejek Dewi.
Dalam kebimbangan itu Dewi berniat untuk menemui Bu Guru Ida. Dewi berharap Bu Ida mau mengerti dan memaafkan Dewi.
Jam pulang pun tiba, saat teman-teman pulang Dewi masih ada di sekolah. Dewi memberanikan diri untuk menemui Bu Ida.
“Selamat siang, Ibu. Boleh saya minta waktu Ibu sebentar,” ucap Dewi.
“Eh Dewi, ada apa? Iya ibu bersedia. Silahkan masuk,”jawab Bu Ida.
Dewi pun masuk ke ruang Bu Ida. Dengan terbata-bata Dewi menyampaikan apa yang mengganjal di benaknya. Bu Ida pun kaget denagn penjelasan Dewi, namun dengan sabar dan bijaksana.
“Maaf ya, Bu. dan nanti saya akan berusaha membayar buku dengan uang saya sendiri, nanti saya akan mengumpulkan dari uang saku saya,”ucap Dewi.
“Saya hargai kejujuranmu Dewi, Ibu minta jangan kamu ulangi lagi perbuatan itu. Kasihan teman kita yang kehilangan, coba hal itu terjadi pada kita, pasti ga enak kan,” jelas Bu ida.
“Iya, Bu. Saya janji tak akan mengulangi lagi,” ucap Dewi.
“Baiklah, Dewi, besok kamu minta maaf ke Runni. Sekarang kita pulang ya,” ajak Bu Ida.
“Iya, Bu,” terimakasih, ya Bu! ucap Dewi.
Dewi pun keluar dari ruang guru dengan perasaan lega. Dewi tak akan mengulangi lagi dan akan selalu jujur agar tak merugikan dirinya dan orang lain.
Keesokan harinya, Bu dewi mengumumkan untuk semua siswa telah menyelesaikan pembayaranya. Runni begitu kaget karena dia merasa belum membayarnya.
Dewi pun menemui Runni untuk minta maaf. Runni bingung karena tiba-tiba Dewi meminta maaf. Dengan perasaan bersalah Dewi meminta maaf dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi serta di sampaikan pada Runni pula bukunya akan di bayarkan menunggu uang yang akan di kumpulkan Dewi.
“Maafkan aku Runni, aku tak maksud untuk membuatmu bimbang,” pinta Dewi.
“Aku maafkan kamu Dewi,’ tapi aku kemarin sempat di marahi Ibuku. Pasti ibu senang mendengarnya bahwa aku telah membayar buku itu,” mata dewi berkaca-kaca ingat bagaimana ibunya memarahi Runni.
Mereka saling berpelukan.saling memafakan. Bu Ida senang pada akhirnya Dewi mengakui kesalahanya dan Runi memaafkan kesalahan Dewi. Senyum mereka membawa kedamaian.#projek menulis ceroen bersama Aisei
Gunungkidul, 16 September 2023
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Cerpen penuh makna,. selamat bisa terus menulis ditengah kesibukan
Terimakasih Mbk Nani..