Senggol Pecah Dua

Filosofi0 Dilihat

Senggol Pecah Dua.  Tadinya tulisan ini akan di masukkan pada judul yang sama.  Namun karena posting di website YPTD keburu di close and sent maka dijadikan artikel baru saja.  Masih terkait senggol pecah tetapi dari pendekatan budaya kemasyarakatan.

Persenggolan antara masnusia adalah suatu keniscayaan.  Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang biasa.  Kalau mau dijadikan suatu pemaafan perbedaan itu di tinjau dari pepatah nenek moyang boleh saja. Lain kepala lain rambut dan lain pula isinya.

Perbedaan tidak seharusnya menjadi bentrokan.  Bentrok fisik itulah yang paling dikuatirkan semua pihak. Seharusnya setiap persenggolan pendapat dibicarakan dengan hati tenang tidak emosional.

Senggolan dan pecah tampaknya akhir akhir acap terjadi.  Bisa di deskripsi kan misalnya antara aparat keamanan dengan pengunjuk rasa.  Sebenarnya aparat keamanan dan ketertiban hanya ketiban pulung. Bersebab memang tugas begitu.

Justru pembuat masalah itu para oknum birokrat.  Persenggolan yang seharusnya bisa dihindari namun kenapa diabaikan.  Suatu contoh gamblang adalah terkait Undang Undang.  Undang undang apa saja yang menyangkut kepentingan rakyat hendaknya di sosilisasi kan terlebih dahulu sebelum di syahkan.

Ya hal sederhana menjadi pelik bersebab arogansi dan mau menang sendiri tanpa  memikirkan akibat. Senggol pendapat its oke namun jangan sampai menjurus pada senggol fisik.  Akan selalu timbul korban diantara kedua belah pihak

Oleh karena itu dalam hidup dan kehidupan bersrmasyarakat hendaknya setiap orang mengendalikan diri. Segala sesuatu bisa dibicarakan menuju keputusan win – win solution. Hindari win – lose bahkan lose – lose, habis semua.

Apalagi pesenggolan dengan rakyat.  Tolonglah jangan sampai terjadi. Kasihan ditengah mencari penghidupan lebih baik mereka masih direpotkan unjuk rasa membela kepentingan sesuap nasi.

Point yang ingin awak sampaikan bukan seperti senggol pecah barang pecah belah.  Pecah belah jelas tidak bisa dipertautkan kembali.  Beling beling berserakan akhirnya bermuara di tong sampah.

Oleh karena persenggolan dengan rakyat patut  dihindari.  Seandainya terjadi luka, penderitaan  rakyat itu akan lama terpendam.  Agak sulit memperbaiki luka hati wong cilik.  Jadi Bapak Ibu dan Sodara yang ada diatas sana tolonglah berpikir baik, bertindak bijak, jangan lagi sakiti hati kami.

Salam Literasi

BHP. 151120

YPTD

 

Tinggalkan Balasan