Lama hidup banyak dirasa. Jauh berjalan banyak dilihat. Peribahasa itu terasa betul oleh Jamel pada kehidupannya. Perjalanan hidupnya menjadi guru sungguh begitu banyak berliku. Dari cita-cita yang seolah keliru lalu melanjutkan sekolah di sekolah guru. Tamat PGA kuliah di Fakultas yang mencetak guru yang berarti tidak sejalan dengan cita-cita dulu, ketika ingin kuliah ke Mesir yang begitu jauh. Tapi sudahlah. Setelah menyelesaikan pendidikan guru dan diangkat menjadi guru, kini sudah pula menjadi pimpnan guru, sebagai Kepala Sekolah, apa lagi yang aku mau? Jamel menerima kenyataan saat ini. Apa yang ada dalam hidupnya, itulah yang akan dijalaninya. Lika-liku yang terkadang lucu itulah jalan yang diberikan oleh Zat Yang Satu.
Jamel mengingat kembali saat menjadi Wakil Kepala Sekolah SMA Tanjungbatu di Kelas Jauh SMA Moro. Jamel tidak langsung memboyong anak dan isterinya ke Moro waktu itu. Mengingat posisinya hanya mewakili Kepala Sekolah dan Kepala Sekolah pun berpesan jangan terlalu berharap menjadi Kepala Sekolah. Tapi nyatanya dia kini menjadi Kepala Sekolah. Di tahap awal memang baru setakat Pejabat Kepala Sekolah. Tapi biasanya akan menjadi Kepala Sekolah defenitif juga pada akhirnya. Jamel yakin itu.
Saat itulah dia tinggal dan menempati Mess Guru, di depan Kantor Camat Moro itu. Rumah berdinding papan dan beratap asbes itu adalah gedung yang dibangun Pemerintah Moro untuk membantu para guru Kecamatan Moro yang berada di luar Pulau Moro jika ada urusan ke Moro. Inilah Mess Guru Kecamatan Moro, satu-satunya rumah singgah jika guru harus bermalam di Kota Moro. Sebagai kecamatan yang terdiri dari pulau-pulau, Pemerintah Kecamatan Moro berpikir untuk membantu para guru yang tersebar di pulau-pulau itu harus ada tempat menginap di Ibu Kota Kecamatan. Mereka tidak akan bisa langsung kembali ke daerahnya jika berurusan ke kecamatan mengingat transport laut yang tidak selalu ada. Maka dibangunlah mes guru itu.
Jamel ditempatkan di situ agar tidak harus menyewa rumah selama dia membantu mengelola SMA Moro yang waktu itu masih dikelola oleh Yayasan Pendidikan Moro (YPM) di bawah pimpinan, Muhammad Haris, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Moro. Bersama Kepala Depdikbud Kabupaten Kepulauan Riau, Abd. Rahman disepakati Jamel diberikan salah satu kamar di mess itu. Selama kurang-lebih delapan bulan Jamel tinggal di mess itu. Isterinya juga sempat tinggal beberapa bulan di mess itu dan sempat melahirkan anaknya yang ketiga di mess itu di ujung-ujung dia tinggal di mess itu.
Setelah dia positif akan menjadi Kepala Sekolah, barulah Jamel mencari rumah lain untuk disewa. Sebagai satu keluarga dengan tiga anak dan satu orang keponakan Jamel tidak mungkin tetap tinggal di mess itu. Jamel akhirnya memilih menyewa rumah di sekitar Kantor Kejaksaan. Rumah penduduk yang kebetulan disewakan. Jamel menyewa rumah batu itu agar tidak lagi menimbulkan masalah untuk tempat tinggal.
“Kita harus menyewa rumah lain, ya Neng?” Jamel memastikan ke isterinya kalau mereka tidak akan lama di mess itu. “Tidak mungkin kita bersama di mess yang hanya seperti itu,” katanya lagi. Isterinya mengangguk, berharap agar suaminya segera mencari rumah sewaan untuk dapat hidup bersama. Tati yang sudah hampir satu tahun ditinggal bersama anak-anaknya di Tanjungbatu dalam 5-6 hari setiap minggu kini merasa berbahagia kembali bisa bersama tanpa jeda akhir minggu. Tati ingat pesan abahnya, jangan pernah jauh dari suami.
“Ya, Bang. Sempit mess ini kalau untuk satu keluarga.”
Dengan rumah bulatan, dua kamar plus ruang tamu dan dapur Jamel bersama isteri dan empat orang anak-anak lainnya sudah merasa nyaman. Rumah itu tidak lagi terasa sempit seperti saat tinggal di mess. Di sekitar rumah itu juga ada banyak rumah lain sebagai tetangga. Mak Nah, pemilik rumah yang disewa Jamel juga menjadi tetangganya. Rumah Mak Nah dengan tiga anak-anaknya berada di belakang rumah yang disewa Jamel. Jamel dan Tati menjadikan Mak Nah sebagai ibu angkatnya. Anak-anak Mak Nah juga sangat hormat kepada Jamel. Lagi pula salah satu anak Mak Nah yang sudah janda itu adalah siswa Jamel di SMA Negeri 1 Moro.
Merasakan hidup membujang dalam 5-6 hari setiap minggu dalam tujuh bulan adalah kenangan hidup yang tidak akan pernah dilupakan oleh Jamel. Lalu hampir dua bulan bersama isterinya di mess yang sama sebelum mendapatkan rumah sewaan adalah tambahan kenangan hidupnya sebagai guru. Cintanya kepada guru telah membuat segalanya dihadapi dengan segala cara. Kenangan sulit apalagi kenangan manis sudah dilwati hingga titik dia dipindahkan ke Moro itu.*** (bersambung)
lanjutkan pak haji
Teringat dikala ananda PLT dipesir pulau Kecamatan Moro.Hari ini dari didikan Ayahnda tlah lahir dan tumbuh generasi yang membanggakan Ayahnda ketika di SMA 1 Moro.Terima kasih Ayahnda Hebat