CerBung : Han! Aku Cinta Padamu (27)

Cerpen, Fiksiana22 Dilihat

Cerbung ini khusus persembahan penulis untuk mereka para mahasiswa. Namun juga untuk mereka yang masih berjiwa muda. 

DUA PULUH TUJUH

Aku masih termenung mataku kosong memandang keluar lewat jendela yang berdebu. Sementara hujan gerimis masih juga belum reda. Aku menulis sebait puisi.

Jendela itu berdebu.

Tampak menyimpan lelah.

Menyimpan gundah dan resah.

Sementara di luar hujan gerimis.

Semakin menipis.

Dan lelawa hitam semakin terdiam.

Menatap harap-harapnya.

Semakin lusuh.

Semakin redup dan padam.

 

Jendela itu berdebu.

Tempat aku termangu.

Menyimak masa lalu.

Jendela itu,

Tempat aku terharu.

Jendela itu tempat kita memandang.

Kemenangan masa depan.

Sampai di rumah aku masih memikirkan siapa sebenarnya laki-laki ganteng yang bersama Aini tadi. Rasanya aku terlalu berlebihan untuk berprasangka kepada Aini yang begitu mudah menerima laki-laki lain, padahal dia baru saja ditinggal calon suaminya.

Namun ternyata bukan itu yang aku gundahkan. Aku hanya takut lelaki itu memanfaatkan kondisi psikologis Aini.

Jika Aini dulu berpetuah padaku agar segera membuka lenbaran baru, maka aku yakin saat ini pun dia sudah mampu menasihati dirinya sendiri. Ya wajar Aini begitu cepat move on sehingga sekarang sudah ada lelaki lain yang ada di dekatnya.

Hari berikutnya aku kembali melihat Aini turun dari mobil dan yang mengantarnya adalah lelaki yang tempo hari.

Pagi itu dari jendela laboratorium yang menghadap ke arah tempat parkir, aku melihat Aini berjalan menuju tangga lantai dua dimana aku sedang mengerjakan penelitian skripsiku. Tidak berapa lama pintu laboratorium terbuka, di mana sudah berdiri gadis cantik yang selalu kukagumi ini.

“Assalaamu alaikum Han!” Suara Aini sambil menebar senyum sejuk.

“Wa alaikum salaam Aini. Aduh ceria sekali rupanya hari ini” Kataku.

“Ah setiap hari aku selalu ceria.”

“Tapi semakin hari semakin ceria. Aku sungguh senang melihat keceriaanmu.” kataku sambil kutatap wajah anggun di depanku ini.

Aini hanya tertawa kecil dan suara tawanya membuatku semakin merasa nyaman berada di dekatnya. Ah sungguh mati aku saat ini rupanya sedang jatuh cinta.

Hanya bodohnya aku sedang jatuh cinta kepada siapa? Erika? Tidak dia adalah masa laluku. Aini? Tidak juga karena aku masih ragu dengan diriku sendiri.

Aku merasa khawatir bisa jadi cintaku tidak terbalas. Tahu diri saja, Aini terlalu cantik bagiku baik lahir maupun batin. Aku yang tidak layak mendampingi gadis muslimah ini.

“Hei Han melamun ya!” Terdengar sapaan Aini membuat aku terkejut. Aku hanya tertawa.

“Bukan melamun hanya termenung.”

“Termenung untuk siapa?”

“Termenung menghayalkan teman hidup nanti kalau sudah wisuda. Atau sebelum wisuda sudah punya agar ada yang mengucapkan selamat ya Mas Han!”

Mendengar ini Aini tertawa renyah. Benar-benar aku melihat gadis ini begitu ceria hari ini.

“Aini kenapa tertawa?”

“Tidak kenapa kenapa. Tidak boleh menghayal dulu sekarang selesaikan saja skripsi baru boleh menghayal teman hidup,” kata Aini sambil mendelik dengan mimik wajah berpura-pura marah.

“Baik Bu Aini. Saya segera kembali ke laboratorium.” Kataku sambil membungkukan badan.

Sebuah cubitan Aini mendarat di lenganku dan aku hanya tertawa. Suasana keakraban dengan Aini membuat aku merasakan kenyamanan berada dekat dengannya.

BERSAMBUNG Bab 28. 

@hensa.

Ilustrasi Foto by Pixabay.

Teman-teman bagi penggemar novel sila baca novel di bawah ini, klik saja tautannya.

BACA JUGA Kisah Cinta Jomlo Pesantren. 

Tinggalkan Balasan

1 komentar