Novel : Kisah Cinta Jomlo Pesantren (1)

Fiksiana, KMAB, Novel0 Dilihat

Ilustrasi wanita idaman jomlo pesantren (Foto by iStockphoto).

Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren ini ditulis khusus dalam rangka mengikuti program KMAB yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022. 

Episode 1

Pertama kali bertemu dengannya adalah ketika aku sedang menunggu hujan reda di Halte depan Kampus itu. Lalu kini aku berpapasan di pintu masuk Perpustakaan Pusat. Belum pernah aku bertemu gadis secantik dia. Apakah ini cinta pada pandangan pertama?  

Di Kampus ini banyak gadis cantik, dari yang wajahnya seperti pemain sinetron hingga wajah cantik para pesohor mancanegara. Tetapi kecantikan gadis yang aku temui itu memiliki aura yang berbeda dibandingkan mereka.

“Hen! Ngapain kamu bengong?” Suara seseorang membuatku kaget. Ternyata Fadli sobat karibku. “Kalau mau bengong jangan di Perpustakaan nanti ditertawakan oleh buku-buku itu.” Kata Fadli sambil tertawa.

“Fad, aku tadi ketemu lagi dengan gadis itu.” Kataku memberitahu Fadli jika aku baru saja berpapasan dengan gadis itu di pintu depan.

“Wah berarti dia anak kedokteran.” Tebak Fadli.

“Belum tentu juga. Ini Perpustakaan Pusat. Tapi kalau aku lihat tadi dia membawa Texbook Chemistry. Mungkin dia anak Kimia.”

“Kamu tadi tidak menyapanya?”

“Enggak. Aku gugup, apalagi dia tersenyum padaku membuatku semakin gugup.” Kataku polos.

Mendengar ini Fadli tertawa walaupun agak ditahan setelah sadar sedang berada di Perpustakaan.

“Dasar Anak Jomlo!”

Fadli mulai menyerempet statusku sebagai anak jomlo yang polos. Teman-teman memang mengenalku sebagai pemuda jomlo yang polos.

Sejak SMA sampai dengan saat ini, mau meraih gelar dokter spesialis, aku masih betah menyendiri. Sementara teman-temanku banyak yang sudah berumah tangga atau paling tidak mereka memiliki calon istri.

Fadli sangat antusias sekali mendorongku untuk segera mendapatkan calon pendamping. Ketika aku bercerita tentang seorang gadis yang sering bertemu di Halte depan Kampus itu, Fadli selalu memberiku spirit.

Selama ini aku memang hampir tidak pernah bercerita tentang seorang gadis. Bagi Fadli, sahabat karibku, ini suatu kemajuan luar biasa jika saat ini aku sering membicarakan gadis itu.

“Hen nanti kalau kamu ketemu dia lagi. Berani dong menyapanya. Kenalan siapa tahu gadis itu adalah jodohmu.” Suara Fadli mengingatkanku. Aku hanya mengangguk sambil tertawa sumbang.

Fadli selalu memahami latar belakangku yang sejak kecil berada di lingkungan Pesantren. Bapakku, KH Ahsan Ghufron adalah pendiri dan pemilik Pesantren Darul Madinah yang mengasuh para santri.

Bagi Fadli, wajar jika aku tidak mengenal seluk beluk cinta dan dunia “pacaran”. Pesantren selalu mengajarkan  untuk kalangan para santri bukan pacaran. Tidak ada pacaran dalam pergaulan para santri. Fadli juga memaklumi jika aku selalu gugup saat bergaul dengan seorang gadis.

Tapi bicara seorang gadis, aku pernah mengenal seorang bernama Raina. Dia adalah teman SMP yang pertamakali membuatku jatuh cinta. Mungkin karena masih anak-anak kisah itu hanya sekedar cinta monyet saja.

Raina sendiri saat ini entah dimana karena saat masuk SMA, gadis itu pindah ke Kota lain mengikuti tugas dinas orang tuanya yang menjabat sebagai Petinggi Kepolisian.

Bersambung Episode 2 : Kisah Cinta Jomlo Pesantren (2). 

@hensa.

 

 

Ilustrasi by Ajinata

 

Sindangpalay 7 Juli 2022 

Tinggalkan Balasan

85 komentar