Membuka “Kran Literasi”

Humaniora, Sosbud44 Dilihat

Team YPTD

Andil mencerdaskan bangsa itu salah satu caranya adalah, ‘Membuka Kran Literasi,’ memudahkan masyarakat mendapatkan sumber literasi yang diprakarsai masyarakat, ada atau tidak support dari pemerintah.

Semakin banyak masyarakat yang tergerak hatinya, untuk ikut andil dalam membuka sarana bagi masyarakat, agar dekat dengan dunia literasi, dan harus dijejalkan dengan dunia literasi. Cepat atau lambat kebiasaan membaca dan menyukai dunia literasi, akan sangat berpengaruh besar dalam mencerdaskan bangsa.

Apa yang dilakukan Pak Thamrin Dahlan (TD) lewat Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD), adalah urun serta beliau, kepedulian dan kepekaannya terhadap apa yang dibutuhkan saat ini, untuk berperan dalam mencerdaskan Bangsa. Masyarakat harus dipaksa cerdas lewat dunia literasi, ditengah maraknya imformasi buruk yang diserap masyarakat setiap hari lewat media sosial.

YPTD sangat memudahkan penggiat literasi untuk menerbitkan karya tulisnya, dan karya tersebut menjadi sumbangsih para penulis untuk urun serta membagi ilmu pengetahuan dan pengalamannya bagi masyarakat. Persoalannya, kalau Kran yang sudah dibuka ini tidak ada yang menampungnya, maka akan meluber sia-sia. Itulah pentingnya peranan sukarelawan literasi, agar apa yang sudah diupayakan ini bermanfaat bagi masyarakat.

Negara ini butuh sukarelawan yang mau meluangkan waktunya, untuk membuka Kran Literasi sebanyak-banyaknya, agar masyarakat bisa tercerahkan oleh berbagai imformasi positif dari para sukarelawan atau penggiat literasi. Mencerdaskan Bangsa adalah amanat Undang-undang Dasar 1945, tidak bisa hanya mengandalkan institusi pendidikan.

Apalagi institusi pendidikan kita dewasa ini yang sudah sangat ‘Money Oriented,’ tidak banyak yang bisa kita harapkan. Upaya menjejalkan masyarakat dengan dunia literasi, harus mulai disadarkan pada para kepala daerah, bahwa pentingnya pos-pos literasi di setiap daerah, agar meningkatkan minat baca masyarakat.

Sudah terlalu lama masyarakat dibodohi oleh kepentingan politik, yang dipelihara untuk hajatan Lima tahunan, seperti halnya kemiskinan dipelihara untuk kepentingan yang sama. Sudah saatnya masyarakat disadarkan dengan kebutuhan ‘membaca’ bukan cuma menonton orang-orang yang terus memanfaatkan dan membodohi, atas nama kekuasaan dan uang.

Kita semakin jauh tertinggal dengan generasi Soekarno – Hatta yang penuh integritas, dan sangat intlektual. Sejak muda sudah bergelut dengan dunia literasi, sehingga pengayaan wawasan secara intlektual, tidak saja pada satu bidang, mereka bisa bicara tentang ekonomi, politik, sosial, agama, dan budaya secara gamblang dan cerdas.

Sejak muda apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana mencerdaskan bangsa, bagaimana bangsa ini bisa merdeka dengan memiliki kecerdasan berpikir, hidup bukan hanya sekadar mengembangkan keturunan, dan cuma untuk mencari makan, tapi hidup harua memberikan andil pada bangsa dan negara, demi kemajuan bangsa dan negara.

Kita seperti dicetak menjadi manusia yang egois, tanpa memiliki akhlak dan kepedulian pada kepentingan bersama. Hidup hanya untuk mengurus kepentingan pribadi, dan memperkaya diri, keluarga, dan lingkungan terdekat. Sehingga lupa pada fitrah sebagai manusia, yang merupakan mahkluk sosial, yang harus berbagi dalam segala hal, untuk kepentingan bersama.

Apa yang sudah dirintis oleh YPTD ini, adalah role model untuk menumbuhkembangkan dunia literasi, agar masyarakat dekat dengan dunia literasi, sehingga abai terhadap imformasi buruk yang terus dijejalkan lewat media sosial. Semakin banyak dibukanya Kran Literasi, maka akan semakin banyak masyarakat yang akan tercerdaskan.

Tinggalkan Balasan