Bagi orang-orang yang memang pintar dan memiliki keluhuran budi pekerti, melihat dan mengamati dengan diam adalah caranya bekerja untuk memperbaiki.
Ini sangat bertolak belakang dengan karakteristik orang-orang yang memiliki reaksi spontan, yang cenderung meledak-ledak dalam mengimplementasikan pemikirannya, yang lebih senang mengubah suatu keadaan dan melihat hasilnya secara instan.
Kedua karakter seperti diatas sama bagusnya, selama apa yang dilakukan untuk tujuan yang baik, dan demi memperbaiki keadaan. Memang harus ada yang berani mengambil resiko untuk memperbaiki keadaan.
“Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan kenyataan. Tanggung jawab terakhir seorang pemimpin adalah mengucapkan terima kasih. Di antara keduanya, pemimpin adalah budak.”
(Max de Pree)
Disetiap lini sekarang ini, kita butuh pemimpin yang bisa membawa bangsa ini kearah perubahan yang lebih baik, yang mampu membawa Indonesia dalam kehidupan berkemakmuran dan berkeadilan, tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa kita sudah lama hidup Stagnan, sehingga setiap perubahan yang terjadi selalu menimbulkan aksi dan reaksi.
Pro dan Kontra terhadap perubahan yang begitu cepat, sepertinya membuat banyak orang yang tidak siap menhadapi kenyataan tersebut, sehingga melakukan aksi dan reaksi. Itu hal yang lumrah terjadi, karena setiap perubahan sangat mempengaruhi pendapatan dan kehidupan mereka, bahkan bisa jadi mereka kehilangan penghasilan.
Situasi inilah yang sedang terjadi sekarang ini, banyak orang yang kehilangan sumber penghasilan hanya karena perubahan kebijakan, dan tidak siap menerima kenyataan, karena sebelumnya semua dengan mudah dia dapatkan.
Namun hal yang paling aneh terjadi atas dampak perubahan yang ada, adalah perubahan sudut pandang dalam melihat kebenaran. Kebenaran dilihat dari siapa pelakunya, bukan hasil dari apa yang dilakukan.
Kalau yang melakukan adalah orang yang mereka sukai dan mereka percaya, meskipun yang dilakukannya salah, maka tetap saja mereka bela sebagai sebuah kebenaran, sebaliknya jika yang melakukan orang yang tidak mereka sukai, maka tetap saja dianggap sebagai kesalahan.
Mengubah sudut pandang orang-orang seperti ini tidaklah mudah, meskipun dibenturkan dengan fakta kebenaran yang sebenarnya, tetap saja akan sulit diterima.
Munculnya seorang pemimpin yang baik, yang bisa membawa perubahan kehidupan yang lebih baik, mereka ingin semua serba instan, hari ini bicara, besok sudah harus terealisasi seperti yang diucapkan, tidak bisa memenuhi apa yang mereka harapkan, maka dicap sebagai pemimpin yang ingkar dengan ucapan.
Pola pikir seperti itu sudah tertanam selama puluhan tahun, sehingga butuh waktu dan kesabaran untuk mengubahnya, biarlah waktu dan keadaan yang akan mengubahnya.
Pengalaman sudah mengajarkan, hanya kenyataan yang bisa mengubah sudut pandang seseorang terhadap kebenaran. Sementara keadaan terhadap kenyataan akan mampu mengubah pola pikir seseorang, selama dia mau menjadikan pengalaman sebagai sebuah pelajaran.
Wah ulasan yang menarik, pak Aji..
Salam sehat
Terima kasih bung Katedra..salaman..