Berkolaborasi Dalam Komunitas Praktisi

 

 

 

Salah satu Peran Guru Sekolah Penggerak adalah menjalin komunikasi yang efektif dengan guru lain melalui komunitas praktisi, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Tujuan dari komunikasi yang efektif ini adalah untuk berdiskusi terkait masalah – masalah pembelajaran yang dihadapinya. Serta mencari solusi berdasarkan praktik baik pembelajaran dari guru yang lain.

Berdasarkan pengantar di atas, setidaknya kita dapat mengetahui bahwa komunitas praktisi sangat bermanfaat bagi guru sebagai anggota komunitasnya.

Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan komunitas praktisi ?

Istilah Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice.

Wenger menyebut bahwa komunitas praktisi adalah “Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama, tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin”

Terkait dengan topik ini,  pada bulan Oktober 2020, saya berkesempatan menjadi bagian dari pengelola salah satu komunitas praktisi tingkat nasional, yaitu Komunitas Belajar Guru Penggerak (KBGP).

Secara khusus, beberapa orang guru penggerak dan pendamping guru penggerak diundang ke Jakarta untuk menghadiri workshop pengelolaan komunitas.

Saat itu, kami diberikan kesempatan untuk mengembangkan KBGP dari bidang yang kami sukai. Saya sendiri memilih untuk bergabung dengan tim pengembang konten.

Setiap tim mempunyai job description masing – masing. Namun tetap berkolaborasi untuk mendukung eksistensi Komunitas Belajar Guru Penggerak .

Komunitas ini mempunyai jumlah anggota mencapai 10.000 anggota dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dari kegiatan workshop tersebut, saya mendapat bekal mengenai apa itu komunitas praktisi. Selain itu juga cara mengembangkan komunitas praktisi. Saya juga belajar cara memaksimalkan peran anggota dalam bentuk aksi kolaborasi.

Kolaborasi Aksi dan Implementasi

Hal ini lah yang kemudian saya terapkan di komunitas praktisi yang saya kembangkan bersama rekan – rekan guru SD di Kabupaten Sumba Tengah, yaitu KKG Online.

Setiap hari Rabu malam, selama kurang lebih 2 jam, kami membahas materi – materi yang dibutuhkan oleh guru di daerah kami, seperti penerapan Kurikulum Kondisi Khusus, Literasi dan Numerasi, Asesmen Nasional, dll.

Kami juga berdiskusi untuk mencari solusi pembelajaran yang menarik selama pandemi, dan bertukar pandangan tentang praktik baik pembelajaran yang kami lakukan.

Setelah melakukan beberapa kali kegiatan, antar anggota akan tumbuh ketergantungan sosial yang positif, karena mereka berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda latar belakang, pengetahuan dan keterampilan.

Kemampuan berkolaborasi akan mengurangi adanya kompetisi negatif atau keinginan untuk melihat orang lain gagal. Kolaborasi juga akan menciptakan suasana saling mendukung dalam ekosistem Pendidikan.

Tujuan Komunitas Praktisi

Sebenarnya, esensi dari tujuan komunitas praktisi adalah adanya peningkatan kemampuan / upgrade dari setiap anggota komunitas tersebut.

Sedangkan, menurut Budiman, Nurwansyah (2020), ada 5 tujuan komunitas praktisi yakni :

  1. Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah. Dan pertanyaan tentang praktik pengajaran dan pembelajaran.
  2. Memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota
  3. Mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka
  4. Mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi
  5. Mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari

Contoh Komunitas Praktisi

Komunitas praktisi yang dapat dikembangkan oleh guru, mulai dari lingkungan terdekatnya adalah Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Selain itu, guru juga dapat berkolaborasi dalam komunitas praktisi sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya, seperti Komunitas Belajar Menulis dan Komunitas Guru Youtuber.

Cara Mengembangkan Komunitas Praktisi

Salah satu pertanyaan yang sering muncul ketika seorang guru ingin membentuk komunitas praktisi adalah bagaimana cara mengembangkan komunitas praktisi yang sudah terbentuk agar tetap terjaga eksistensinya?

Berdasarkan pengalaman penulis dalam merintis dan mengembangkan sebuah komunitas praktisi, berikut ini adalah cara – cara mengembangkan komunitas praktisi:

  1. membangun kesepakatan / kontrak kerja antar anggota komunitas. biasanya merupakan panduan tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan oleh anggota komunitas
  2. membentuk tim admin pengelola komunitas yang solid. Hal ini penting untuk dilakukan apalagi dengan jumlah anggota yang besar
  3. menetapkan timeline / program kerja yang disusun menurut waktu pelaksanaan. Termasuk di dalamnya terdapat jadwal pertemuan rutin para anggotanya baik daring maupun luring
  4. melakukan publikasi karya komunitas. Hal ini dilakukan sebagai sarana promosi agar semakin banyak anggota yang bergabung. Sekaligus menunjukkan eksistensi komunitas.
  5. menjalin sinergi dengan dinas terkait termasuk dengan NGO.

 

Dengan adanya komunitas praktisi, diharapkan para guru dapat memaksimalkan wadah ini. Agar mereka dapat belajar, bergerak dan berbagi praktik baik dengan guru yang lainnya.

 

Sumber : https://p3gtk.kemdikbud.go.id/konten/menggagas-komunitas-praktisi-sebuah-refleksi-1aoep0er

 

Catatan : Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Februari 2021 (Artikel ke 5)

Nama  : Theresia Sri Rahayu (Cikgu Tere)

Instansi : SDN Waihibur

NPA : 10260901048

Tinggalkan Balasan

1 komentar