CerBung : Han! Aku Cinta Padamu (17)

Cerita pendek bersambung (CerBung) ini khusus persembahan penulis untuk mereka para mahasiswa. Namun juga untuk mereka yang masih berjiwa muda. 

BACA JUGA : Han! Aku Cinta Padamu (1).  

TUJUH BELAS 

Pagi sekali aku sudah ada di ruangan Prof Soetrisno.

“Kau terima pesan dari Alan? Saya berusaha menelponmu tapi ponselmu tidak aktif sehingga pesan kemudian saya titipkan Alan!” Kata Prof. Soetrisno.

“Ya Prof, saya minta maaf. Ponsel saya waktu itu saya matikan sewaktu sholat Jumat tapi lupa menyalakan kembali sampai sholat Isya,” kataku polos.

Prof Soetrisno hanya tertawa.

“Hen draft skripsimu sudah saya periksa dan ada beberapa perbaikan. Pada prinsipnya saya setuju. Tapi beberapa data laboratorium harus kamu perbaiki.” Kata Prof Soetrisno sambil menyerahkan draft skripsi itu kepadaku.

“Terimakasih Prof! Saya akan memperbaiki segera,” kataku pendek penuh kegembiraan.

Rasa lega meliputi relung dadaku karena jika semua berjalan sesuai jadwal maka secepat itu pula penelitian ini diselesaikan dan skripsiku rampung.

Lalu itu artinya biaya hidup di Bogor bisa lebih hemat karena aku menyeselesaikan kuliah lebih cepat dari jadwal semula.

Hal ini yang membuat aku bersemangat untuk segera menyelesaikan kuliah dan segera wisuda dan mendapatkan pekerjaan.

Mungkin segera menikah dengan gadis yang kucintai. Lalu siapa gadis itu? Erika?

Seharusnya aku sudah sejak dua tahun yang lalu melupakannya. Ya seharusnya begitu.

Tapi kenyatannya tidak semudah yang kuinginkan. Tidak, aku harus bisa melupakan dia.

Lihat jalan di depan dan tidak perlu menengok ke belakang. Ya aku harus bisa. Aku harus bisa. Harus. Harus. Harus.

“Apanya yang harus Han.” Terdengar suara lembut dari sapaan seorang gadis.

Di depanku berdiri Aini Mardiyah sambil tersenyum. Aku terkejut karena tak sadar ternyata aku sedang ngomong sendiri.

“Kamu baru saja bilang harus. Harus. Harus. Harus apa Han?” Tanya Aini.

Aku hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal sambil berupaya berfikir jawaban apa yang harus kuberikan pada pertanyaan Aini.

Kami berjalan menuju arah Taman di depan kampus yang juga dekat pelataran parkir.

“Aini tadi itu maksudku harus cepat selesai skripsiku.  Revisi skripsiku baru saja kuterima dari Prof Soetrisno. Kau sudah lama berdiri di situ? Kemarin ke rumah kostku?” Tanyaku membelokkan pembicaraan.

“Ya benar kemarin aku ke tempat kostmu hanya untuk menyampaikan amanat dari Pak Tris habis ponselmu tidak aktif tapi pesan pak Tris itu sudah disampaikan Alan. Tadi juga aku ketemu Alan di perpustakaan. Dia bilang kamu ada di ruang Pak Tris maka aku ke sini,” kata Aini suaranya terdengar sangat lembut.

BERSAMBUNG Bab 18. 

@hensa.

Ilustrasi Foto by Pixabay.

Teman-teman bagi penggemar novel sila baca novel di bawah ini, klik saja tautannya.

BACA JUGA Kisah Cinta Jomlo Pesantren. 

Tinggalkan Balasan

1 komentar