Cerita pendek bersambung (CerBung) ini khusus persembahan penulis untuk mereka para mahasiswa. Namun juga untuk mereka yang masih berjiwa muda.
BACA JUGA : Han! Aku Cinta Padamu (1).
SEMBILAN BELAS
Seusai praktikum kimia ini aku mencoba merenung. Maka setelah kusadari yang terjadi akhirnya aku tertawa sendiri di ruangan itu. Untung tidak ada siapa-siapa karena Alan seperti biasa sudah pamit duluan.
Sore itu seusai praktikum kimia itu aku kembali menginjakkan kakiku ke tanah karena lamunanku tadi seakan membawaku ke langit tinggi. Aku harus menhadapi kenyataan denga penuh kesadaran. Perjuangan untuk cinta Aini masih panjang.
Hari itu seperti biasa acara praktikum selesai tepat jam empat sore dan semua peserta praktikum sudah mulai berkemas keluar ruangan. Kini di ruangan itu tinggal aku sendirian. Alan tadi sudah pamit lebih dulu seperti biasa menjemput adik perempuannya di tempat les.
Aku segera menuju laboratorium instrumen di mana Aini sedang mengerjakan kegiatan penelitian untuk mendapatkan kelengkapan data pendukung. Ketika aku datang, Aini Nampak sedang sibuk dengan alat alat laboratorium. Sempat dia tersenyum padaku. Aku melihat senyum itu sangat sejuk.
Wajah oval Aini dengan hidung yang bangir dan bibir yang selalu dihiasi senyum. Suara yang lembut saat berbicara. Gadis yang memiliki pesona sempurna. Maha Besar Allah, Sang Pencipta Keindahan.
Esoknya susai praktikum kimia itu aku menemui Aini di laboratorium instrumen. Melihat aku datang, Aini mengalihkan pandangannya ke arahku. Sorot matanya saat dia memandang dengan hiasan senyumnya sungguh sangat menyejukkan. Apakah ini saatnya aku mengemukakan perasaanku kepadanya?
“Han sudah selesai asistensinya?”
“Ya Aini. Kau sendiri?” Aini menjawab pertanyaan ini hanya dengan senyum lalu dia menyilahkan aku duduk di dekatnya.
“Han, hari ini aku ingin berbagi bahagia denganmu. Kau adalah orang pertama yang akan mendengar berita bahagia ini.” Aini berkata setengah berbisik.
“Oh Tuhan segala puji bagiMu. Berita bahagia bagaimna Aini?” Aku mulai penasaran. Aini kembali tersenyum dan kembali aku harus terpesona dengan keramahan dan ketulusan senyum gadis cantik ini.
“Dengar Han. Hari Ahad besok aku akan dikhitbah!” Terdengar suara Aini sangat riang penuh dengan kebahagiaan. Aku melihat matanya berbinar.
Dalam hati aku berguman, Aini mau di khitbah? Gadis cantik di hadapanku ini segera menjalani prosesi lamaran dengan seorang pria. Apakah itu artinya kedua orang tua Aini sudah bersepakat. Kenapa mendadak aku diliputi kemelut rasa sedih. Ternyata ini berita bahagia yang dimaksud Aini. Tentu saja bahagia untuk Aini sedangkan untukku? Aku masih terdiam mendengar kalimat yang diucapkan Aini tersebut.
“Han. Aku ingin kamu mau datang dalam acara khitbah nanti. Aku hanya mengundangmu sebagai sahabat sejatiku,” kembali suara Aini penuh harap atas kehadiran dalam acara prosesi khitbahnya.
“Baik Aini. Terimakasih atas undanganmu merupakan kehormatan bagiku,” kataku pelan hampir tak terdengar karena tersekat di kerongkongan.
Perasaanku benar-benar mengharu-biru bahkan mungkin sudah menghitam pekat gelap karena sudah tidak ada lagi setitik cahaya harapan. Ya Tuhan, apakah sebenarnya yang sedang terjadi?
Saat hatiku sudah mulai terbuka untuk menerima kebahagiaan dari gadis yang aku cintai tapi selalu saja Engkau pisahkan dia dariku. Sesungguhnya aku tidak mau bertanya. Aku cukup hanya menunggu jawaban TakdirMu. Maha Suci Allah.
Maka di perjalanan pulang menuju tempat kost, aku lebih banyak melamun dan merenung. Boleh juga bermimpi sambil sekali-kali tersenyum sendiri seperti orang gila. Seharusnya aku kembali tersadar menjadi orang yang tahu diri.
Memang sungguh keterlaluan kalau aku harus jatuh cinta kepadanya. Namun lebih keterlaluan lagi jika aku tidak berupaya untuk terus mengejar cinta Aini Mardiyah. Bukankah janur belum melengkung? Sungguh-sungguh keterlaluan.
Ilustrasi Foto by Pixabay.
Teman-teman bagi penggemar novel sila baca novel di bawah ini, klik saja tautannya.
1 komentar