Perjalanan Cinta Seorang Guru (4)

Sejak itulah dia terus diberi kepercayaan untuk melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan, terutama oleh Ka KUA Kecamatan Kundur. Di luar sekolah, dia menjadi juru dakwah, berkhutbah dan berceramah. Sekali waktu dia menjadi juri pada MTQ (Kelurahan dan Kecamatan) di Pulau Kundur bahkan pernah juga menjadi juri lomba bernyanyi selain menjadi juri dalam pertandingan sepakbola. Jamel menikmati saja pekerjaan tambahan yang tidak terkait fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Tapi saya tahu, ini karena saya sebagai gurulah maka saya diberi manah-amanah itu, katanya dalam hatinya.

“Terasa nikmat mengemban tugas tambahan dari masyarakat itu,” katanya kepad Ali Anwar, salah seorang sahabatnya yang juga guru SMA Negeri Tanjungbatu. Tentu saja tetap menomorsatukan sekolah sebagai tanggung jawab utama.

“Harus saya katakan lagi bahwa saya tidak pernah mengorbankan kewajiban saya sebagai guru dalam melaksanakan tugas tambahan dalam bentuk tugas sosial kemasyarakatan itu.” Kalimat-kalimat seperti ini memang sering dia katakana kepada teman-temannya jika ada yang bertanya kesibukannya di luar jam mengajar. Selain Ali Anwar ada juga Maharni sahabt ‘tiga serangkai’ yang sama-sama datang ke Tanjungbatu sebagai anak rantau.

Waktu berganti masa berlalu. Tidak terasa kalau lekaki berkumis dengan rambut belah-tengah, itu sudah cukup lama mengabdi di SMA Negeri  Tanjungbatu. Belakangan sekolah ini berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Kundur, di Tanjungbatu, Kundur. Itu memang ketetapan Pemerintah sebagai pengatur sekolah-sekolah Pemerintah.

Selama kurang-lebih 9 (sembilan) tahun dia mengabdi di sekolah ini, Jamel tidak pernah menolak tugas-tugas lain di luar sekolah. “Alhamdulillah, katanya, justeru saya bersyukur karena diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk menambah ‘ibadah’ selain menunaikan tugas pokok seusai di sekolah.” Meskipun itu terkadang melalui Pak Ambok, terkadang melalui tangan orang lain yang memerlukan tenaga dan jasa Jamel, Jamel menganggap itu adalah tugas-tugas untuk masyarakat.

“Jujur saya akui, sesungguhnya sikap saya dalam melaksanakan amanah tambahan itu adalah untuk terus belajar dan menambah ilmu dan pengetahuan. Ini adalah bagian rasa cinta saya kepada profesi saya, guru. Bukankah guru itu harus selalu membantu yang dia mampu?” Tekadnya, dalam serba kekurangan dia akan harus melakukan berbagai aktivitas yang sampai saat itu tidak juga mendapat sokongan dari Kepala Sekolahnya. (bersambung)

Tinggalkan Balasan