Perjalanan Cinta Seorang Guru (7)

Kalau boleh, ya kalau boleh, sebenarnya Jamel berharap ditempatkan di salah satu sekolah negeri di Pekanbaru karena dia sudah menjadi guru –honorer– di salah satu sekolah swasta di Kota Bertuah itu. Tapi menurut Bakhtiar, pegawai di Kantor Pendidikan Kodya Pekanbaru, itu tidak bisa. Di Kota Madya (Pekanbaru) sudah penuh gurunya. Boleh memilih tapi tidak di Ibu Kota Provinsi.

“Silakan memilih sekolah, selain di Pekanbaru,” jelas Bakhtiar ketika ditanyakan Jamel tentang harapannya itu. Artinya, Jamel boleh memilih daerah tapi tidak di Ibu Kota Provinsi itu. Di luarnya. Itulah sebabnya dia memilih ke pulau. Dimana saja asal ke Pulau.

“Karena itulah saya memutuskan untuk meminta ditugaskan di daerah kepulauan saja. Yang penting, saya ingin merantau. Satu alasan saya, saya ingin sekali naik kapal. Seumur-umur saya, saya memang belum pernah naik kapal.” Kata jamel bahkan melihat kapal secara langsung di laut luas, dia juga belum pernah. Dia hanya selalu melihat gambar-gambar (lukisan) kapal saja. Jadi, ketika mengajukan lamaran dia meminta ditugaskan di pulau-pulau saja.

Saat dia ditawari ke Natuna oleh Pak Bakhtiar, pegawai Kandepko Pekanbaru, itu dia langsung menjawab ‘siap’ . Yang penting Natuna itu ada di pulau. Jamel sesungguhnya tidak mengerti kalau Natuna itu begitu jauhnya dari Pekanbaru. Jauh di balik Pulau Kalimantan sana. Tapo karena memang belum tahu, ya dia mengangguk saja.

Akhirnya Jamel oleh Pemerintah di-SK-kan di SMA Negeri Tanjungbatu dengan TMT (Terhtung Mulai Tahun) per 01 Maret 1984. Itu data yang tetera menurut SK tapi baru di akhir tahun menurut fakta Jamel datang ke Tanjungbatu. Pekanbaru ke Tanjungbatu memang sangat jauh.

Sejak menerima SK menjelang akhir tahun 1984 itu Jamel resmi menjadi guru di Tanjungbatu. Efektfnya dia bertugas sejak awal tahun 1985, setelah Jamel secara resmi meninggalkan SMP/ SMA Nurul Falah Pekanbaru. Sebenarnya sedih juga dia meninggalkan teman-teman di sekolah di bawah Yayasan Nurul Falah, namun tekad memang sudah bulat untuk menjadi PNS. Kini kesempatan itu sudah tiba.

Jamel juga berpikir untuk masa depannya. Dia teringat, ketika dua tahun sebelumnya dia merasa cukup terpukul karena belum juga punya pekerjaan tetap. Waktu itu sudah mendekati semester akhir. Sebagai mahasiswa mandiri dia memang harus bekerja sambil kuliah. Itulah pekerjaan sebagai tenaga honorer di salah satu sekolah. Sementara waktu itu dia sudah menjalin percintaan hampir tiga tahun dengan seorang anak orang kaya. Bapaknya setuju-setuju saja tapi Ibunya tidak menunjukkan persetujuan. Masalahnya itu tadi, Jamel belum bekerja tetap.

Waktu itulah tekad untuk menjadi pegawai negeri tertancap di hatinya. Dan setelah menyelesaikan perkuliahannya, telah pula mendapatkan SK sebagai CPNS maka tekad ingin segera menjadi PNS semakin membara. Saya harus menjadi PNS dan harus menjadi guru yang mencintai pekerjaannya. (bersambung)

Tinggalkan Balasan