Perjalanan Cinta Seorang Guru (38)

Melanjutkan program yang sudah baik dan mengubah beberapa kebijakan, itulah pendekatan yang dipakai Jamel dalamĀ menerajui SMA Negeri 2 Karimun. Beberapa perubahan yang dibuat, misalnya mempercepat masuk sekolah (kelas), secara bertahap adalah dalam rangka perubahan ke arah yang lebih baik. Asumsinya adalah bahwa waktu-waktu di pagi hari lebih baik dari pada waktu-waktu agak siang hari.

Kini jam masuk diubahnya. Dari kebiasaan masuk pukul 07.30 WIB saat pertama menjadi Kepala Sekolah, diubah sedikit menjadi lebih awal. Dari masuk pukul 07.30 diubah menjadi masuk pukul 07.15.

“Mulai Senin besok, kita masuk pukul 07.15. Bel dibunyikan 15 menit lebih cepat dari pada jam lama,” kata Jamel dalam rapat bulanan di awal Maret. Itu keputusan yang diambil dalam rapat resmi. Tidak ada guru yang keberatan. Kepada siswa juga sudah disampaikan oleh Wakasek Bidang Kurikulum. Perubahan ini pun tidak lama. Hanya satu setengah tahun, sebelum akhirnya diubah dengan lebih cepat 15 menit lagi. Waktu memutuskan perubahan jadwal masuk sudah dibicarakan juga kalau akan ada perubahan sekali lagi.

Di tahun kedua Jamel memimpin masuk lebih awal berbanding sebelumnya kini sudah menjadi budaya sekolah masuk lebih pagi. Hampir semua guru setuju masuk pukul 07.00. “Itu lebih bagus. Sayang saja waktu setengah jam terbiar. Waktu pagi itu lebih baik untuk aktifitas sekolah.” Begitu guru Olahraga, Irdas memberikan sokongannya untuk kebijakan ini. Sebagai guru Mata Pelajaran Olahraga dan Kesehatan, dia tentu lebih mengerti kapan sebaiknya anak-anak berolahraga.

Perunahan jam masuk adalah salah satu yang dilakukan oleh Jamel. Perubahan lain adalah ketika Jamel dan para guru juga setuju membuat semacam kelas unggul dengan maksud agar ada beberapa orang siswa yang secara khusus dibina lebih intensif dari pada yang lainnya. Tentu saja para siswa yang masuk ke kategori ini adalah para siswa yang secara akademik dinilai lebih kuat dari pada teman-teman lain yang tidak terpilih. Fakta keadaan siswa yang masuk adalah selalu ada kelompok siswa yang tingkat semangat belajarnya lebih tinggi dari pada kelompok lainnya. Mereka biasanya selalu mampu meraih nilai lebih baik dari pada teman-temannya. Kelompok inilah yang dijadikan target sebagai kelas unggul.

Jam belajar mereka juga ditambah sehingga pulang dari sekolahnya juga lebih lambat berbanding siswa di kelas lainnya. Tentu tidak mudah ketika ide kelas unggul ini dimunculkan. Kepala Sekolah sendiri berpikir, jika ingin ada siswa yang menonjol hasil belajarnya, akan sulit kalau harus semuanya yang menjadi target. Bukti nyata siswa baru ketika diadakan test, kemampuan akdemiknya sangat bervariasi. Kalau ada keinginan perolehan nilai terbaik, mungkin perlu pembelajaran lebih intensif. Itu artinya siswanya harus juga punya kemauan tinggi untuk belajar. Itulah perlunya kelas unggu.

Hasilnya? Terbukti lahir juga beberapa siswa yang unggul akademisnya. Mereka mampu meraih nilai terbaik dalam ujian akhir seperti Ujian Nasional. Anak-anak kelas unggul ini mampu menyamai nilai-nilai siswa di sekolah lain yang selama ini dianggap mempunyai siswa yang memang sudah unggul sejak dari SLTP. Dengan kelas unggul di SMA Negeri 2 Karimun, ini telah melahirkan siswa-siswi yang bernailai unggul secaa akademik.

“Misi ini adalah untuk mencoba memacu kemampuan akademik siswa yang kebetulan memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat untuk belajar.” Begitu jalan pikiran yang disampaikan Kepala Sekolah kepada guru-guru yang terlibat dalam pengelolaan kelas unggul. Dengan adanya kelas unggul sekaligus diharapkan menjadi motivasi bagi kelas-kelas lainnya untuk berpacu dalam belajar. Imej siswa malas itu bisa diatasi dengan persaingan sehat di antara mereka.

Jamel ingat, pada tahun pertama dia mengelola sekolah ini, pada umumnya siswa yang masuk di awal tahun adalah siswa atau luberan dari SMA Negeri 1 Karimun yang jarak lokasinya memang tidak terlalu jauh dari SMA Negeri 2 Karimun. Pada hari pertama PSB (Penerimaan Siswa Baru) biasanya panitia PSB tidak terlalu sibuk karena belum ramai yang mendaftar. Mengingat kebijakan Dinas Pendidikan membolehkan siswa dari manapun untuk masuk ke sekolah mana saja, maka para orang tua dan siswa sendiri cenderung ingin masuk ke SMA Negeri 1 Karimun. Di pihak lain, Pemerintah Kabupaten Karimun juga membuat semacam sekolah unggul dengan menerima siswa terbaik dari SMP yang ada. Itulah SMA Binaan yang berada di Bati, Kecamatan Tebing.***(bersambung)

Tinggalkan Balasan