SUDAH delapan tahun Jamel di Moro sejak diangkat pada tahun 1994. Tidak disadari, ternyata sudah lumayan lama. Dua periode kepemimpinan Kepala Sekolah. Jamel sudah merasa lebih nyaman di empat tahun keduanya. Jika awal-awal bertugas Jamel selalu berpikir kapan berkesempatan pindah ke daerah lain, kini dia justeru menikmati jabatannya. Beberapa persil tanah yang dibelinya secara angsuran kepada masyrakat Moro menambah kekuatannya untuk tetap di Moro. Seolah lupa untuk pindah.
Kalau melihat para pejabat lain, seperti Camat, Dan Ramil, Kapolsek Ka Puskesmas, Ka Syahbandar dan lainnya di Kecamatan Moro, sesungguhnya Jamel tidak akan betah di daerah yang terkenal dengan ikannya. Mereka itu hanya satu atau dua tahun sudah kembali dimutasi ke tempat lain. Jamel sebenarnya sangat ingin pindah tugas juga dari Moro seperti para pejabat itu. Dia berharap dapat pindah ke Kundur, misalnya jika tidak bisa ke Karimun. Jamel sudah lama menjadi orang Tanjungbatu sebelum dimutasi ke Moro. Tidak keberatan jika dipindah sebagai Kepala Sekolah di sana.
Tapi, setelah dua periode dia lalui sebagai Kepala SMA Negeri 1 Moro, Jamel berpikir, mungkin saya akan tetap di sini sampai usia pensiun. Sering dia berpikir begitu. Maka dia pun tidak mau memikirkan bagaimana usaha pindah ke luar Moro. Jamel bahkan memulai membangun rumah sendiri. Selama delapan tahun dia di Moro, Jamel belum memiliki rumah sendiri. Awal di Moro dia menempati Mes Guru Kecamatan Moro. Lalu setelah resmi menjadi Kepala Sekolah, dia menyewa rumah masyarakat Moro. Rumah Mak Nah, yang berlokasi di sekitar Kantor Kejaksaan. Cukup lama menyewa rumah ini sebelum akhirnya pindah ke rumah semi permanen yang dibangun kontraktor yang membangun sekolah. Jamel menyebutnya, itu perumahan sekolah. Berada di pekarangan sekolah. Di situlah dia sekarang tinggal.
Banyak kenangan Jamel di setiap rumah yang dia tempati. Ketika menempati Mes Guru, misalnya, anak-anaknya yang masih kecil selalu minta mandi di laut. Jamal sendiri, jika air pasang juga ikut mandi karena mes itu berada persis di bibir pantai, di depan Kantor Camat. Jika air pasang, di bawah mes yang bertiang panggung itu akan dipenuhi air. Tinggal meloncat ke bawah, sudah langsung masuk air. Itu kenangan yang tidak akan terlupakan. Sebagai orang berasal dari daratan Sumatera sana, Jamel merasa puas tinggal di mes itu karena sering mandi air laut. Dulu Jamel memang meminta bertugas ke pulau. Dapatnya di Pulau Kundur.
Ketika menempati rumah sewaan di Jalan Terubuk Moro, tidak jauh dari Kantor Jaksa itu Jamel dan anak-anaknya juga mencatat banyak kenangan. Sebutlah anak ketiganya, Oky yang pandai berjalan pertama kali dalam usia kurang lebih satu tahun. Di rumah itulah untuk pertama kali dia bisa melangkah agak jauh. Setelah sebelumnya selalu diajar berdiri, akhirnya dia bisa berjalan pertama kali di sini.
Itu satu kenangan yang indah. Tapi masih ada kenangan lainnya yang tidak indah, yakni ketika salah satu anaknya terjatuh ke dalam sumur di belakang rumah. Sumur itu memang tidak terlalu dalam. Hanya sumur tanah yang airnya terkadang tidak banyak di musim kemarau. Anak laki-lakinya, Epy yang tengah lasak-lasaknya terperosok masuk ke sumur itu. Itu betul-betul membuat isterinya sangat takut. Tati mendengar anak keduanya itu memanggil-manggil dari luar rumah. Di belakang rumah itu. Di situ juga ada kakanya, Tri.
“Mama, mama Epy temasuk,” pekik Tri kepada ibunya yang berada dalam rumah. Mamanya bergegas ke belakang rumah. Karena sumurnya tidak terlalu dalam, proses mengeluarkan anak kedua itu tidak terlalu sulit. Epy sendiri hanya ketawa-ketawa saja saat terjatuh itu. Sampai di atas dia juga tidak menangis. Seusia kelas dua SD tentu dia sedang lasak dan suka bermain. Bagaimanapun kenangan itu tidak akan terlupakan oleh Jamel. Bayangkan jika terjatuh dengan posisi lain tentu akan sangat berbahaya. Dia terjatuh dengan posisi tetap berdiri.
Itu kenangan-kenangan yang pernah dialami Jamel. Dalam delapan tahun itu, tidak hanya kerja-kerja sosial yang membuat Jamel memiliki catatan sejarah di Moro. Ikut bersama dengan para pejabat kecamatan di Moro dalam banyak kegiatan juga membuat Jamel seolah kian betah di Pulau Sugi Bawah itu. Kota Moro memang terletak di pulau itu. Sudah begitu lama dia di Moro.