Perjalanan Cinta Seorang Guru (35)

Apel pertama, Senin minggu kedua Januari 2002, itu Jemel menjadi Pembina Upacara. Di sekolah baru yang baru saja dipimpinnya. Semua guru dan pegawai TU hadir. Selain piket, para Wakil Kepala Sekolah, para guru dan pegawai TU berada dalam barisan sebagai peserta upacara. Seluruh siswa dari kelas satu hingga kelas tiga sudah siap. Setiap ketua kelas juga sudah berdiri di bagian kanan barisan kelasnya. Pelaksanaan upacara juga berjalan lancar. Semangat dan gairah para siswa juga kelihatan dalam melaksanakan dan mengikuti upacara bendera.

Dalam amanahnya, Kepala Sekolah baru ini banyak memberikan pujian dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam upacara bendera Senin Pagi itu. Hampir separoh waktu amanatnya berisi pujian kepada para guru, pegawai TU dan para siswa melalui Osisnya.

“Saya ingin menyampaikan terima kasih secara khusus kepada pihak-pihak yang telah menjadikan pelaksanaan upacara ini berjalan tertib dan khidmat.” Begitulah dia membuka amanah upacaranya.

“Tanpa persiapan yang matang, tentu pelaksanaan upacara pagi ini tidak akan serapi ini. Terima kasih kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan timnya. Kalian telah melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa latihan yang cukup dan tanggung jawab yang penuh, pasti upacara kita ini tidak akan berjalan dengan baik.” Diam sejenak. Lalau melanjutkan, “Terima kasih juga kepada Wali Kelas yang hari ini kelasnya menjadi petugas upacara. Bapak-Ibu Wakil Kasek yang lain serta seluruh guru dan pegawai yang telah berkontribusi dalam persiapan Upacara Bendera ini, saya ucapkan terima kasih tak terhingga.” Terasa haru bagian ini disampaikan Jamel.

Para guru dan pegawai tampak diam menyimak amanah Pembina Upacara. Begitu juga para siswa yang membentuk barisan leter U di halaman sekolah semuanya kelihatan tenang. Satu-dua orang yang mencoba ngobrol di bagian belakang barisan, tampak ditegur temannya sendiri. Mungkin menyuruh tenang. Jamel merasakan betapa sekolah ini sangat menghargainya.

“Izinkan saya mengingatkan kita semua, termasuk diri saya sendiri. Sekolah ini sangat besar. Siswanya begitu ramai. Perlu kerja keras dan kekompakan kita untuk menjadikannya sekolah terbaik di Kabupaten Karimun bahkan di Provinsi Kepri ini.” Jamel menyampaikan harapannya kepada semua komponen sekolah agar tetap menjaga disiplin. Tiga disiplin yang diingatkannya adalah Disiplin Waktu, Disiplin Belajar dan Disiplin Penampilan. Untuk disiplin terakhir ini dia jelaskan lebih detail. “Sekolah ini harus tampil bersih dan rapi. Kita sebagai guru dan siswa pun mesti rapi. Itulah yang maksud dengan Disiplin Penampilan,” jelasnya.

Tepat pukul 08.00 upacara selesai. Jamel mengajak guru dan pegawai untuk berkumpul di ruang Majelis Guru. “Kita mengadakan pertemuan, ya?” Permintaan itu disampaikannya kepada salah seorang Wakil Kepala Sekolah. Minta disampaikan kepada semua guru dan pegawai TU. Dan tidak usah pakai pengeras suara. Begitu dia mengarahkan wakilnya itu. Jamel ingin mengadakan pertemuan pasca upacara bendera itu. Setidak-tidaknya, sebagai Kepala Sekolah baru dan baru pertama kali melaksanakan upacara bersama di sini, dia ingin momen bersama ini bisa membuat dia berkesempatan mengenal semua guru dan pegawai lainnya. Dia sudah bertekad, di Tanjungbalai Karimun, ini dia tidak ingin berubah jauh berbanding di Moro. Cara-cara dia memimpin sekolah di Moro juga akan diterapkan di SMA Negeri 2 Karimun. Pertemuan mingguan setiap hari Senin setelah Upacara Bendera adalah salah satu budaya yang diterapkannya di Moro.*** (bersambung)

Tinggalkan Balasan