SMA Binaan sesungguhnya nama yang diciptakan oleh Kepala Sekolah saja. Sekolah itu sesungguhnya adalah SMA Negeri 4 Karimun. benar, sengaja didirikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun untuk menampung anak-anak yang rata-rata akdemiknya lebih tinggi dari pada siswa lainnya. Tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun adalah untuk lahirnya sekolah unggul di kabupaten yang baru saja lahir ini. Kebijakan Pemerintah yang menyebutkan peringkat sekolah berdasarkan beberapa kriteria seperti nilai ahsil UN dan lainnya menyebabkan Pemda di Indonesia termotivasi untuk membuat sekolah terbaik.
“Sebenarnya membuat peringkat sekolah seperti ini tidak baik,” kata Jamel dalam satu pertemuan MKKS se-Kabupaten Karimun. Jamel berpikir seharusnya semua sekolah dibuat bagus dan semua siswa dibuat pintar. Jangan ada peringkat-peringkat seperti selama ini. Namun suara Jamel itu bertentang dengan cara berpikir para Kepala Sekolah dan Kepala Daerah secara umum.
“Ini era persaingan, Pak Jamel. Ini juga satu cara agar setiap sekolah dan Pemerintah Daerah mau memacu sekolah agar menjadi sekolah terbaik. Perlu tetap peringat sekolah kita.” Begitu argumen salah seorang Kepala Sekolah mempertahankan kebijakan Pemerintah. Jamel juga tidak mau terlalu prontal menentang kenbijakan Pemerintah ini. Dia juga tetap berusaha memajukan sekolahnya. Bahkan dia membuat kelas unggul di sekolahnya.
Salah satu alasan Jamel tidak setuju dengan membuat peringkat sekolah adalah akan terjadi penumpukan siswa di sekolah tertentu seperti selama ini. Sejak dulu hingga saat itu, sekolah seperti SMA Negeri 1 selalu menjadi incaran pertama siswa dari manapun. Begitu juga dengan SMA Negeri 4 akan menjadi incaran pertama. Setelah dua sekolah itu penuh, barulah calon siswa baru akan mendaftar di SMA lain, termasuk di SMA Negeri 2 Karimun.
Belakangan ada perkembangan baru di sekolah yang dipimpin Jamel. Kini calon siswa baru tidak lagi menunggu SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 4 penuh. Itu hanya di awal-awal Jamel di memimpin SMA Negeri 2 Karimun. Tapi perkembangan yang cepat, ternyata mulai tahun kedua Jamel melihat para calon siswa baru mulai menyerbu sejak hari pertama pendaftaran. Dan karena jumlah kuota yang diberi pemerintah (Dinas Pendidikan) selalu cepat terpenuhi dan berlebih pada tahun-tahun berikutnya, maka bahkan Jemal pun membuat kebijakan baru untuk penerimaan calon siswa baru. Kebijakan itu adalah dengan memberlakukan test tertulis sebagai salah satu syarat penerimaan.
Jamel bersama guru melakukan seleksi tambahan dengan membuat test tertulis selain menggunakan nilai NEM (Nilai Ebtanas Murni) yang sudah menjadi acuan dasar yang ditetapkan Pemerintah. Ketentuan yang ditetapkan Dinas Pendidikan untuk seleksi siswa baru adalah dengan merangking jumlah nilai NEM saja. Sampai batas tertentu sesuai kuota, itulah calon siswa baru yang harus diterima. Sedangkan calon siswa yang berada di bawah garis batas nilai kelulusan akan dinyatakan ditolak. Itu ketentuan umum. Inilah sesungguhnya salah satu kebijakan yang salah menurut Jamel. Seharusnya penerimaan siswa berdasarkan jauh-dekatnya lokasi rumah siswa. Hanya saja Jemal tidak bisa melakukan kebijakan begitu secara terbuka. Untuk anak yang dekat dengan sekolah dibuat kebiajakan khusus.
Tentang kebijakan test tertulis yang dibuat Jamel, pada awalnya tidak mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan. Salah seorang pejabat di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun, waktu itu malah berterus-terang menyatakan ketidaksetujuannya kepada kebijakan SMA Negeri 2 karimun. Tapi jamel tetap bertahan dengan kebijakan itu. Alasannya karena pada saat seleksi hanya menggunakan NEM saja, sekolah pernah kecolongan menerima seorang siswa yang NEM-nya cukup tinggi, tapi ternyata siswanya sangat rendah kemampuan akademiknya. Untuk ‘keajaiban’ ini bisa dijawab dengan kenyataan bahwa UN di banyak sekolah tidak berlangsung dengan jujur dan akuntabel. Akibatnya, hasil nilai itu tidak mencerminkan kemampuan sebenarnya. Perlu ada cara seleksi yang lebih okjektif, kata Jamel kepada Dinas Pendidikan. Jamel lebih cenderuang menerima siswa yang alamatnya bertdekatan dengan sekolah dari pada sekadar penilaian NEM.*** (bersambing)
Pak Kaseknya, ayo jalan terus.