Cerpen “Mama, Mengapa Aku Berbeda”

Pendidikan ABK
Mengapa aku berbeda? Pertanyaan yang sulit terjawab oleh para orang tua yang memiliki anak spesial.”

Namun, para orang tua dapat belajar untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang perbedaan yang dimilikinya. Pembelajaran itu dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya membaca di internet, membaca buku-buku parenting, dan menghubungi psikolog untuk mencari jawaban-jawaban mereka.

Selain itu ada pepatah yang berbunyi: “sementara kita mencoba mengajari anak-anak kita semua tentang kehidupan, anak-anak kita mengajari kita apa itu hidup.” Kalimat bijak itu tertulis jelas dalam benakku.
Oleh karena itu, sebagai orang tua kita juga belajar banyak dari anak-anak kita tentang kehidupan. Dari merekalah kita belajar tentang kesabaran, cinta dan ketabahan.

Seperti halnya aku sekarang. Saat ini malam mulai merangkak pelan-pelan. Rembulan tak tampak hari ini. Sinarnya tertutup mendung pekat. Sebentar lagi hujan akan turun dan udara dingin pasti akan menemani.

Aku memandangi wajah anakku yang tengah tertidur lelap. Wajah Dania begitu damai dalam tidurnya. Kuusap dahinya dan kucium pelan-pelan dengan penuh kasih sayang.

Aku teringat pada ucapannya sore tadi. Pertanyaan yang tak pernah bisa kujawab sampai kapan pun kecuali
dengan seuntai kata penyemangat.

“Ma, mengapa aku berbeda? Apakah karena perbedaan ini yang membuat teman-temanku enggan bermain denganku?” tanyanya menuntut jawaban.

Jadi aku tercekat dan tak tahu harus menjawab apa. Haruskah aku berteriak dan menanyakan kepada-Nya untuk dapat memberikan jawaban untuk putri semata wayangku.

“Allah SWT menciptakan manusia dengan segala perbedaan, Sayang. Dan kita harus bersyukur dengan perbedaan itu. Yakinlah setiap manusia dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting kamu ikhlas menjalaninya,” nasehatku sambil menahan sesak di dada

“Mengapa harus aku yang berbeda?” Dania kembali bertanya dan menuntut jawaban dariku.

” Muslimah sejati itu adalah saat dia diberi ujian tidak pernah putus harapan. Dia yakin bahwa setelah hari ini akan ada hari esok, di antara kesulitan Allah akan memberikan kemudahan, dan dibalik kepedihan kelak akan ada kebahagiaan. Tetap bersyukur dan bertawakallah kepada-Nya.” Aku menahan isak tangis yang sebentar lagi akan tumpah di kelopak mataku.

Ya… Rabbi, ibu mana yang menginginkan anaknya terlahir dalam keterbatasan. Tak akan ada seorang pun yang menginginkan itu. Tapi aku ikhlas menerima iradah-Mu.

Rasanya tersayat hati ini bila Dania pulang ke rumah dengan membawa cerita tentang teman-temannya yang tidak mau berteman dengannya, atau mereka membully-nya. Sekuat tenaga aku menahan rasa itu di dada. Biarlah Dania belajar menerima itu dengan tabah. Aku ingin menjadikan dia gadis yang tabah dan kuat.

Tidak mudah mendidik anak dengan keterbatasan, tetapi kami mampu melaluinya. Betapa kami harus berjuang untuk menjadikannya mampu mendengar meski dengan alat bantu dengarnya. Kami harus berjuang agar Dania mampu berbicara layaknya anak normal lainnya. Kami pun harus membuat dia percaya diri dan kuat dalam menghadapi hinaan, cercaan dan perlakuan yang tidak menyenangkan.

Akhirnya semua usaha dan perjuangan yang penuh duka dan lara telah berlalu. Dania dapat membuktikan bahwa dirinya mampu berkomunkasi dengan lancar layaknya anak normal lainnya. Aku tahu ada sisi kekurangan Dania, yaitu dia kurang baik memahami materi-materi akademik yang berjejalan di otaknya.

Namun, Dania tetap mau belajar dan berusaha. Itu saja sudah menjadi nilai positif untuknya. Aku tak ingin memasang ekspektasi yang berlebihan untuk Dania. Biarlah Dania tumbuh sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Dan aku harus sabar dan tabah membimbing putri kecilku ini.

Sayangnya kejadian sore tadi sangat membuat hatiku terluka. Betapa aku harus kuat dihadapan Dania. Aku tidak boleh terlihat rapuh dihadapan bidadariku ini.

“Ma… lihat! Mereka sedang makan bersama. Mengapa aku tidak diajak, ya? Apa masalahnya denganku, ya? Apa mereka membenci aku?” tanya Dania sore tadi sambil memperlihatkan sebuah foto di grup WA kelasnya.

Kemudian aku melihat foto itu. Dalam foto itu beberapa teman teman Dania sedang makan bersama. Hampir semua teman perempuan di kelasnya ada di foto itu, kecuali dua orang yaitu Dania dan Safa, yang sama- sama memiliki keterbatasan.

Selanjutnya … Deg! Ada sesuatu yang menghantam dadaku. Ada kemarahan dalam hatiku kepada teman-teman Dania.
Jika mereka tidak mengajak anak-anak yang memiliki keterbatasan, hendaknya tidak perlu memposting foto-foto itu. Mereka sengaja memperlihatkan diskriminasi pada Dania. Mereka tidak memikirkan apa dampak buat Dania.

Akibatnya Dania memendam kekecewaannya. Diam-diam dia menangis sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Aku dapat merasakan kekecewaan Dania.

Namun, aku harus bisa menguatkannya. Aku ingin Dania mampu menghadapi setiap masalah dengan ketabahan dan kesabaran. Sebagai seorang ibu, aku harus mampu memberikan pengertian padanya.

“Ya, sudah. Kamu tidak diajak oleh teman-temanmu juga tidak apa-apa. Toh masih banyak teman-temanmu yang lain yang masih peduli padamu.” Aku menasehati Dania agar tidak terlalu kecewa.

“Apa salahku sehingga teman-teman aku tidak mau mengajakku, Ma,” ujar Dania sedih sambil menahan isak tangisnya.

Duh … Gusti. Mengapa hal ini harus dialami oleh anakku. Jika saja anakku terlahir sempurna, mungkin dia tak akan mengalami hal ini. Dia tak akan dibully dan dijauhi oleh mereka.

Aku tahu anakku tidak boleh menjadi anak yang cengeng. Dia tidak boleh kecewa hanya karena hal- hal kecil. Aku yakin dia mampu menjadi anak yang tabah dan kuat. Kejadian sore tadi memberikan pelajaran padaku.
Sebagai orang tua harus memiliki kepekaan pada lingkungan tempat anakku bersekolah dan berinteraksi.

Selain itu, Dania harus bisa menerima kekurangan dan perbedaan dengan ikhlas. Dan tugasku untuk menjadikan Dania anak yang tabah, ikhlas dan sabar >Percayalah, anakku. Kelak Allah Swt akan memberikan kesuksesan untukmu. Terbanglah dengan sayap-sayapmu ke tempat tertinggi yang mampu kau tempuh.

“Allah Swt akan meridhoi setiap langkah hidupmu. Biarlah kamu berbeda tapi jadikan perbedaanmu itu kekuatanmu.” Aku berbisik pelan di telinganya.
Oleh karena itu menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. apalagi untuk para orang tua yang memiliki anak-anak spesial. Namun, jika kita tidak menyerah, kesulitan-kesulitan tersebut bisa menjadi berkah tersendiri.
Kemudian aku kembali membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Dan malam mulai merayap menuju pagi. Esok kau sambut mentari dengan semangat dan asa yang berlimpah.

“Tidak semua orang tua bisa melakukan hal-hal hebat untuk anak-anaknya tetapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar. Yakin ada campur tangan Tuhan yang akan menemani” _ Nina

Cibadak, 11 Februari 2023
#KMAC_YPTD
#kumpulancerpenbianglalacinta
#cerpenninasulistiati

Tinggalkan Balasan