Selamat pagi sobat,
Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang Penyair dan Tokoh Sufi
dari Persia Jalaluddin Rumi yang
Berpuisi dengan Jiwanya.
Tulisan ini pernah saya publikasi di sebuah media buletin sembilan tahun yang lalu. Namun sebuah puisi ciptaan Rumi yang religius tentang Tuhan nampaknya tepat untuk diangkat kembali di bulan yang penuh barokah ini.
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al Khattabi Al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang Penyair Sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afghanistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijrijah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi.
Ayah Rumi masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya
berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm.
Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan,
seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan.
Jalaluddin Rumi adalah seorang pengembara sejati, banyak kota yang sudah dijelajahinya. Banyak manusia dan bermacam karakter telah ditemuinya.
Dalam perjalanannya mengembara ini, Rumi pernah bertemu dengan seorang ulama
sufi terkenal di Nishafur, Fariduddin Attar. Dalam pertemuan ini, Attar
memberikan hadiah pada Rumi, sebuah buku berjudul Asrarname.
Selain itu, Attar juga mengatakan sesuatu yang kelak tak pernah dilupakan oleh Rumi.
Attar saat itu meramal, bahwa suatu saat nanti Rumi akan menjadi terkenal.
Dan adalah benar, di masanya siapa yang tak mengenal Jalaluddin Rumi.
Suatu ketika Rumi bertemu dengan Syamsi Tabriz, seorang sufi yang pernah membuang buku-buku filsafat Rumi ke dalam sumur. Rumi amat marah dan mengatakan betapa besar kerugian akan peristiwa itu.
Tapi Syamsi, masih tetap tenang. Tak banyak bicara ia menarik keluar buku-buku Rumi.
Ajaib, semuanya utuh tak basah meski hanya selembar saja. Peristiwa itulah yang membuat Rumi memohon untuk menjadi murid Syamsi.
Kumpulan puisi Jalaluddin
Rumi yang terkenal bernama Matsnawi-I-Ma’nawi dan berikut salah satu bagian dari puisi Rumi :
Kembali Pada Tuhan
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan
Begitulah caranya !
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya !
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan,
karena Tuhan, dengan rahmatNya akan tetap menerima mata wang palsumu !
Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja,
Begitulah caranya !
Demikianlah sepenggal cerita dari Penyair dan Tokoh Sufi dari Persia Jalaluddin Rumi ..
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 8 Mei 2021