Apa yang terbersit di benak Kalian apabila diminta untuk menulis dengan tema makanan. Apakah menulis ulasan restoran atau makanan tertentu ataukah menulis resep makanan? Ya, dua jenis tulisan tersebut umum digunakan untuk tema makanan. Tapi sebenarnya bisa lebih dari itu. Tema makanan itu sungguh luas dan akan ada banyak ide yang bisa dieksplorasi.
“Hujan selalu membuatku lapar
Suhu yang sejuk rasanya kompak dengan makanan hangat
Ia menuntut, ya bagian tubuhku berharap
Agar ada makanan yang bisa kunikmati saat hujan
Sungguh aku tak begitu lapar
Tapi telur rebus, sawi, dalam mie instant tak tak akan kutolak”
Tema makanan bisa disajikan dalam bentuk fiksi, baik dalam bentuk puisi, prosa, ataupun kombinasi keduanya. Dulu aku suka sekali membaca kumpulan kolom Umar Kayam dengan “Mangan Nggak Mangan Kumpul”-nya, karena setiap kolomnya disisipin dengan gurihnya makanan. Ada sate usus dan penggeng ayam.
Sama halnya dengan cerita semi biografinya Laura Ingalls Wilder dalam “Little House on The Prairie”. Di dalamnya ada jejak makanan dari es krim telur, pai ayam, pai labu hijau, roti gandum giling, dan masih banyak lagi.
Tema makanan juga bisa dalam rupa karya ilmiah, seperti makalah dan jurnal. Misalnya penelitian tentang kacang koro sebagai pengganti bahan tempe. Atau percobaan membuat semacam nata de coco dari bahan lainnya, siwalan, misalnya.
Siapa yang tak penasaran dengan sejarah kue seperti nagasari atau perjuangan UKM lokal untuk memertahankan dan melestarikan makanan lokal. Ya ada begitu banyak rupa tulisan dengan tema makanan.
Bagaimana jika Kalian memulai menulisnya dengan bercerita tentang kelepon?