Pembelajaran Jarak Jauh dan Dampaknya bagi Guru Honorer.

Humaniora0 Dilihat
Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi

Dunia pendidikan seakan berubah, mengikuti perubahan yang terjadi menuju gaya hidup normal baru. Akibat terjadinya Pandemi global covid-19 mengakibatkan sistem pembelajaran dari TK sampai Perguruan Tinggi berlangsung secara jarak jauh, baik itu melalui media whatsApp, Google Classroom, Zoom, Google Meeting ataupun Channel YouTube.

Penulis sangat mengalami perubahan gaya belajar jarak jauh ini. Disamping penulis sebagai seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah, penulis juga seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi. Di lihat dari sisi seorang guru, maka seorang guru harus cepat beradaptasi dengan gaya atau model mengajar secara Daring (Dalam Jaringan). Pembuatan dan penyusunan RPP (Rencana Program Pembelajaran) harus memuat langkah-langkah yang disesuaikan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh, seolah tugas guru terkurangi. Dia hanya sekedar mengajar, menilai, dan mengevaluasi. Sementara tugas utamanya yaitu mendidik agak sulit menentukan parameternya. Untuk itu diperlukan peranan orang tua/wali yang mengambil peran dan tanggung jawab mendidik putra-putrinya selama pembelajaran di rumah.

Namun, dilapangkan sering ditemukan banyaknya keluhan dari orang tua. Mereka tidak sabar dalam mendidik putra-putrinya. Anak-anak mereka terkadang sulit disuruh belajar, sehingga banyak orang tua yang kesal dengan perilaku belajar anaknya di rumah.

Dengan kondisi saat ini, semua pihak harusnya menyadari bahwa tugas membentuk generasi yang beriman, berkarakter, intelek, dan berbudaya bukan hanya tugas seorang guru di sekolah, namun juga tugas orang tua di rumah. Tugas mendidik dan mengajar teramat berat namun juga mulia.

Sebagai seorang manusia biasa, guru bukanlah orang yang serba tahu dan serba bisa. Diapun harus meng-upgrade pengetahuan dan skillnya dengan kompetensi yang baru dan sesuai perkembangan zaman. Untuk itu tidak hanya menjadi kewajiban peserta didik untuk belajar, seorang guru pun harus terus belajar sampai kapanpun. Bagi yang punya waktu dan kesempatan sangat dianjurkan  menempuh pendidikan magister untuk menggenapi profesionalisme kependidikannya.

Boleh jadi pekerjaan mengajar dapat digantikan oleh mesin-mesin teknologi informasi, tetapi tugas mendidik tak akan bisa digantikan oleh apapun. Tugas berat namun mulia dari seorang guru terkadang tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan yang didapat. Masih terjadi stratifikasi pendapatan antar kalangan guru. Bagi mereka yang berstatus PNS dan menerima tunjangan profesi dapat bernapas lega serta dapat menambah aset-aset ekonomi. Namun bagi sebagian guru yang berstatus guru honorer yayasan harus siap menerima nasib, honor mereka hanya sekedar pengganti transport, kuota internet, dan makan saja.

Ke depannya perlu ada kebijakan standarisasi honor /gaji guru. Jangan sampai ada honor seorang sarjana pendidikan masih kisaran satu jutaan jauh di bawah Upah Minimum para pekerja sektor lain. Belum lagi ditengah Pembelajaran Jarak Jauh saat ini, adanya keinginan orang tua untuk mendapat pengurangan biaya SPP yang seyogyanya tidak mempengaruhi atau menurunkan honor seorang guru.

Pemerintah harus campur tangan apabila ada yayasan pendidikan yang memberi honor rendah kepada para guru. Tindak tegas yayasan yang sangat minim dalam mengalokasikan gaji para gurunya dan beri subsidi jika memang yayasan tersebut tak mampu. Walau bagaimanapun juga mereka telah berjasa dalam menciptakan wadah untuk para guru berkiprah mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

Jangan sampai ada ungkapan, dunia boleh berubah, namun honor guru tak pernah berubah. Begitupun sebaliknya, jangan sampai terjadi kondisi ekonomi berubah, namun kompetensi tak berubah.

Pada akhirnya, semua dibutuhkan kesadaran akan perannya masing-masing. Peran pemerintah, guru, dan orang tua dalam mewujudkan salah satu tujuan kemerdekan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa di segala kondisi, termasuk di tengah kondisi Pandemi saat ini.***

Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Tinggalkan Balasan