Sumber gambar :https://islamindonesia.id/
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), persaudaraan adalah persahabatan yang sangat karib, seperti layaknya saudara; pertalian persahabatan yang serupa dengan pertalian saudara. Persaudaraan dalam Islam bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala).
Persaudaraan Islam (Ukhuwah Islamiyah) dibangun atas dasar keimanan serta dilakukan melalui hubungan pribadi dan secara berjamaah. Di dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat (49) ayat 10, Alllah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) itu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa ‘ta’ala mengingatkan kepada orang-orang beriman bahwa mereka adalah bersaudara, untuk itu apabila ada sesama saudara yang berselisih harus didamaikan agar rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu wa ta’ala turun di tengah-tengah mereka.
Salah satu proses yang dapat dilakukan agar persaudaraan antar kaum muslimin dapat terwujud adalah melaui proses saling mengenal (ta’aruf). Saling mengenal yang dimaksud bisa saling mengenal secara fisik, pemikiran, maupun kejiwaan. Dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Keragaman manusia yang terbagi ke dalam aneka bangsa dan suku bukanlah penghalang kita untuk bersaudara dan bersatu. Syaratnya adalah kita berupaya untuk saling mengenal, tidak bersifat egois (mementingkan diri sendiri) dan didasari oleh nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Setelah kita saling mengenal, selanjutnya proses terbentuknya persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) dapat dibangun melalui upaya saling memahami, baik antar pribadi maupun antar jamaah atau organisasi keislaman. Dengan adanya upaya saling memahami ( tafahum) maka akan timbul kesatuan hati, kesatuan pemikiran, dan kesatuan tindakan karena telah memiliki visi dan cita-cita yang sama sebagai kholifatul fil ardh. Dalam Al Qur’an surat Al Anfal (8) ayat 60, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
Kesatuan tindakan karena telah memiliki visi dan cita-cita yang sama, dapat dilihat dalam upaya persiapan menguatkan barisan persatuan antar kaum muslimin, saling menguatkan dan tolong menolong, baik antar pribadi maupun jamaah. Persatuan dan solidaritas antar kaum muslimin, tentunya tidak disenangi oleh musuh-musuh Islam, sehingga hal ini akan membuat mereka gentar dan mencari upaya tipu muslihat agar umat Islam kembali tercerai berai. Untuk itulah, setiap muslim harus terus menyadati bahwa mereka harus bersatu dalam satu barisan yang kokoh agar tidak mudah dikoyak dan dihancurkan.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Untuk membangun persaudaraan Islam yang kokoh, selain adanya upaya saling mengenal (ta’aruf) dan memahami (tafahum), juga dibutuhkan upaya saling tolong menolong (ta’awun). Dalam Al Qur’an Surat Al Maidah (5) ayat 2, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: …”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
Upaya saling tolong-menolong antar kaum muslimin harus bersifat menyeluruh dengan berlandaskan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Setiap muslim yang satu dengan yang lainnya harus saling mendo’akan kebaikan satu sama lainnya, siap menerima nasihat dan memberi nasihat kepada saudaranya yang lalai, dan mau berdiskusi atau bermusyawarah manakala menemui perbedaan pendapat. Tentunya yang tidak ketinggalan adalah siap membantu kesusahan saudaranya kapanpun dan dimanapun tanpa mengenal batas-batas geografis, suku, bangsa, dan negara.
Semoga semua upaya dalam rangka membangun persaudaran Islam dapat kita lakukan, sehingga dapat menjadi lokomotif perubahan dan menjadi sebabnya turunnya rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala di negeri yang kita cintai ini. Aamiin ya robbal ‘alamiin***