Cinta Bukan Miliknya (part 4)

Cerpen, Fiksiana33 Dilihat

Malam ini, aku gelisah masih terbayang bagaimana tadi subuh dan pagi tadi aku melihat mahluk yang membuatku sampai jatuh pingsan. Lia yang aku minta menemani aku tidur sudah mendengarkan dengkur tipisnya berarti Lia sudah nyenyak tidurnya. Tapi aku belum juga bisa memejamkan mataku barang sedikitpun.

Aku meraih telephon yang berada di nakas sebelah tempat tidurku, baru pukul 21.30 pasti Ibu belum tidur. Aku menekan nomor Ibu dari handphoneku, Alhamdulillah langsung tersambung hanya menunggu ibu mengangkat telephoneku saja.

“Assalamualaikum.” Suara Ibu dari seberang sana terdengar menyejukkan hatiku

“Walaikumsallam Bu.” Aku berusaha membuat suaraku tenang

“Kamu sakit Aisyah.” Hati seorang Ibu sungguh ajaib batinku

“Bu, Ais melihat mahluk gaib yang menyeramkan tapi subuh bu. Ais takut bu.” Aku menjelaskan maksudku menelephone Ibu.

“Ais tidak lupa sholatkan? Pertanyaan Ibu membuatku binggung

“Ais tidak pernah lupa sholat Bu, apalagi sekarang Ais lagi di kampung yang katanya angker. Ais selalu mengingat pesan Ibu.” Kataku menjelaskan kepada Ibu

“Tidak perlu cemas, Ais ingat pesan Nenek Buyutmu. Jika Dia menampakkan diri berarti ada yang mau menjahati Ais, jadi Ais harus lebih hati – hati.” Ibu mengingatkan aku akan pesan Nenek Buyutku.

“Memangnya ada yang terganggu dengan kehadiran Ais di kampung tempat Ais memberikan penyuluhan.” Tanya Ibu dari seberang sana.

“Sepertinya tidak bu, tapi ada seseorang yang cuba mendekati Ais Bu.”

“Hm mudah – mudahan tidak ada yang sakit hati dengan Dia mendekati Ais.” Kata Ibu menenangkan Aku.

“Ais ingat pesan Nenek Buyut, bawa sholat saja semoga Ais selalu dalam lindungan yang Maha Kuasa.” Pesan Ibu membuatku tenang, sebelum menutup sambungan telephone Ibu masih saja mengingatkan Aku untuk tidak pernah melupakan Sholat.

Hariku sedikit tenang setelah berbicara dengan Ibu walaupun hanya lewat sambungan telephone. Sekali lagi aku melirik ke arah Lia yang sudah lama di alam mimpinya, aku tersenyum dan memejamkan mata menyusul Lia ke alam mimpi.

***

“Ais, ingat jangan pernah menerima Ismail dia bukan jodohmu. Jauhi Dia, Dia akan membuat Ais menderita dan terluka.” Aku terbangun dari mimpiku, Nenek Buyut datang menemuiku dan memperingatiku, keringat meleleh dari seluruh wajahku. Jam menunjukkan pukul 2 subuh, aku memberanikan diri untuk pergi ke kamar mandi Mes, semoga aku tidak melihatnya lagi doaku dalam hati.

Perlahan tapi pasti aku membuka pintu kamar mandi, Alhamdulillah aku tidak melihatnya. Secepat mungkin aku mengambil wudhu dan kembali ke kamarku untuk sholat tahajud. Sebelum takbir aku masih sempat melirik ke arah Lia yang masih dalam alam mimpinya. Takbir ku baca. ku khusukkan sholatku memohon perlindungan dari – Nya.Selesai sholat tahajud aku, membaringkan lagi tubuhku disamping Lia mencoba untuk tidur kembali masih lama sholat subuhnya. Hatiku tenang setelah mengadu dan memohon perlindugan dari-Nya.(bersambung)

***

Tinggalkan Balasan