Terjaga Malam (part 1)

Terbaru29 Dilihat

Aku melihat ke jam dinding kamarku, jam 01 dini hari, seperti tidak percaya aku meraih handphoneku yang terletak di meja kecil disamping tempat tidurku. Membuka handphone menekan tombol sampingnya, handphoneku menyala terpangpang jam 01 dini hari. Berarti jam dindingku tidak salah, aku mencoba mengingat – ingat kembali. Sepertinya tidak ada yang salah, aku berangkat tidur jam 22 tadi malam. Setelah semua pekerjaan rumah ku selesaikan, sudah menjadi kebiasaanku untuk membereskan semua pekerjaan rumah seperti mencuci piring kotor dan menyapu rumah sehingga besok pagi aku tidak terlalu repot  membersihkannya.

Aku mencoba untuk memejamkan lagi mataku, tapi mataku tidak mau terpejam. Aku melihat suamiku yang terdiri pulas di sampingku, apa yang salah pikirku.

Aku merasakan gerah yang tidak menyenyakkan tidurku, tapi AC di kamarkan hidup. Aku terus mencari – cari alasan mengapa sampai tidur malamku terganggu.

Aku beranjak dari tempat tidurku, menuju kamar mandi. Mungkin aku di suruh untuk sholat malam, sesampai di kamar mandi aku mengambil air wudhu dan kembali lagi ke kamar untuk sholat tahajjud.

Selesai membacakan salam, aku beristifar membaca shalawat dan memanjatkan doa. Membuka mukenah yang aku kenakan dan meletakkannya kembali ketempatnya.

Tapi kantukku entah pergi kemana, aku berusaha untuk tidur kembali tapi mataku tidak mau terpejam sedikitpun.

Aku menyalakan TV dengan harapan kantukku akan datang, aku mencari film horror yang menjadi tontonan favoritku. Satu jam sudah berlalu dari aku bangun tadi, jam sudah menunjukkan angka 02 dini hari tapi mataku masih juga belum mau dibawa tidur. Aku jadi binggung sendiri, ada apa dengan mataku. Aku mencoba mengingat – ingat kegiatanku tadi siang, biasanya jika aku terlalu lelah disiang hari, tidur malamku akan terganggu.

Bagun pagi semalam seperti biasa aku menyiapkan sarapan untuk suami dan anak – anakku. Kemudian aku dan suamiku pergi ke kantor, sementara anak – anak pergi kesekolah. Di kantor rasanya tidak ada pekerjaan yang menyita perhatian dan membutuhkan pemikiran yang ekstra, sore tadi suamiku berkata

“ Aisyah kita makan diluar saja, sudah lama kita tidak mengajak anak – anak makan diluar.”

Alhamdulillah pikirku, ternyata pikiranku dan suami sama, biasa tanggal muda selalu kami jadikan moment untuk selalu makan bersama diluar untuk menyenangkan diri dan anak – anak. Jam 21.00 kami sudah sampai kerumah kembali, karena besok masih harus bekerja kembali aku dan suami sudah tidur jam 22.00 wib. Sepertinya biasa saja tidak ada kejadian yang membuatku harus memikirkan sesuatu sehingga menganggu tidurku.

Aku berdiri dari tempat tidurku, jangan – jangan terjadi sesuatu dengan anak – anak pikirku. Aku bergegas keluar kamar menuju kamar tidur anak – anak. Aku membuka pelan pintu kamar mereka supaya tidak terganggu tidurnya.

Aku memperhatikan kedua anakku yang tidur pada kamar yang sama, aku menuju tempat tidur si abang terlebih dahulu.

Anakku yang pertama laki – laki berumur 9 tahun duduk dikelas 4 SD  tapi badanya sudah seperti anak kelas 6 SD tinggi besar seperti ayahnya aku membetulkan selimut si abang sambil memandang wajah anakku kemudian aku berpindah ke tempat tidur anakku yang nomor dua. Anakku  yang nomor dua juga laki – laki berumur 5 tahun masih lucu – lucunya, tahun ini rencanya masuk sekolah TK besar.

Sama seperti abangnya kalau tidur hanya sebentar saja selimut bisa menutupi badannya setelah itu selimutnya entah dimana letaknya. Alhamdulillah mereka baik – baik saja. aku berdiri menuju pintu kamar anak – anakku untuk kembali ke kamarku. Mereka baik – baik saja, jangan – jangan aku lupa mengunci pintu pikirku.

Bergegas aku menuju pintu belakang, terkunci. Mungkin pintu depan yang belum terkunci aku berbalik arah menuju pintu depan. Pintu depan juga sudah terkunci. Sambil berjalan menuju kamar tidurku aku berpikir, naluri seorang ibu pasti ada apa – apa jika tidurku terganggu, tapi apa? Aku terus melangkah sambil terus memikirkan kemungkinan – kemungkinan apa yang menyebabkan aku terbangun di jam segini.

Jam dinding di kamarku sudah menunjukkan angka 03.00 dini hari hampir dua jam dari jam 01 aku masih juga belum bisa tidur ada apakah gerangan.

***

“ Nissa bangun, sudah jam 07 pagi, kamu tidak ke kantor?” aku seperti tidak percaya sudah jam 07 apakah aku bermimpi. Baru setengah jam lalu aku tertidur.

Aku berusaha bangun dari tidurku, tapi mataku seperti tidak mau terbuka. Aku mendengar suara lagi.

“ Kamu baik – baik saja Nissa?”

“ Nissa kamu dengarkan?”

Beberapa kali namaku di sebut oleh suamiku.

“ Bang kayaknya aku tidak masuk kantor hari ini, badanku tidak enak.”

“ Tolong telephonekan kantor ya bang.” Pintaku kepada bang Henri

Bang Henri meraba keningku,

“ Kepalamu panas Nissa, kamu demam?”

“ Ayo kita ke pukesmas,” ajak bang Henri.

“ Aku butuh istirahat saja bang.”

“ Kamu selalu begitu, kalau sakit tidak mau diajak berobat.”

Bang Henri meninggalkanku, sambil berkata

“ Ya sudah aku dan anak – anak berangkat dulu.”

Aku tinggal sendirian di rumah, aku mengambil obat turun panas di laci kecil dekat tempat tidurku. Aku selalu menyimpan beberapa obat untuk keadaan mendesak seperti ini. Ku ambil satu pil penurun panas, menelannya. Untuk lebih mudah setelah menelan pil aku meminum segelas air yang selalu tersedia di atas meja kecil di kamarku.

Entah berapa jam aku tertidur setelah menelan obat penurun panas tadi, perutku keroncongan yang membuat aku terbangun dari tidurku. Ku cuba merasakan panas pada dahiku, lumayan sudah tidak panas lagi pikirku. Aku duduk dan mencoba berdiri Alhamdulillah aku kuat untuk berdiri, aku melangkah menuju dapur untuk memasak sesuatu bagi mengisi perutku yang keroncongan minta di isi.(bersambung)

***

 

Tinggalkan Balasan