KMAB-H31-Cerpen 13-Gadis Pantai-Part 3

Cerpen0 Dilihat
Ilustrasi Cerpen Gadis Pantai. (Dok:yis)

Beberapa hari kemudian pencariannya tidak menghasilkan apapun. Ia tetap saja tidak pernah bertemu dengan gadis itu lagi. Jurusan apakah ia sebenarnya? Yang jelas gadis itu pastilah satu fakultas dengannya. Bagaimana ia bisa menelusurinya? Namanya saja ia tak tahu. Ia juga tak memiliki foto gadis itu. Ah, lama-lama gadis itu bisa mebuatnya gila. Ia heran gadis yang tidak ia kenal dapat sedemikian besarnya mempengaruhinya dan membuatnya resah setiap hari. Membuatnya sering nongkrong hanya untuk jaga-jaga seandainya gadis itu lewat.

Seperti siang itu, Rino sengaja nongkrong di pendhopo, berkumpul dengan teman-temanya. Ia berkelakar bersama teman-temannya sambil menyantap bakwan kawi. Sebentar lagi ia harus rapat, pikirnya. Tapi kok gadis pantai itu belum terlihat juga. Ah, persetan dengan gadis itu. Ia akan rapat sekarang.

Rino mulai berjalan ke arah ruang-ruang jurusan seni musik. Mencoba mengambil jalan pintas menuju kampus timur. Iseng ia melirik ke arah ruangan yang terbuka itu. Terlihat anak-anak seni musik tengah kuliah Biola. Masing-masing dari mereka memegang biola. Biola, wah asyik juga bila bisa memainkan biola, pikirnya. Meskipun Ia sebenarnya senang musik, tapi ia bersyukur bisa masuk jurusannya sekarang. Penasaran, ia berjinjit melongok mengintip dari jendela. Ia mengamati bagaimana dosen itu mengajari muridnya teknik bermain biola.

“Reni, permainanmu bagus. Coba kamu kasih contoh teman-temanmu bermain biola yang baik. Mainkanlah di depan.” Perintah dosen itu pada salah satu mahasiswa. Semua mata memandang ke gadis di pojok kelas. Mata Rio hampir meloncat keluar ketika gadis yang duduk di pojok kelas itu adalah gadis pantai itu. Reni, ya itulah namanya.

Pelan-pelan gadis itu maju sambil menenteng biolanya. Ia tersenyum. Tersenyum?? Rino ternganga tak percaya. Wajah murung itu bisa juga tersenyum? Rino mengamati gadis itu seolah ingin melekatkan dalam benaknya. Gadis itu duduk di kursi kayu depan kelas. Keanggunan memancar dari wajah dan gaya tubuhnya. Suara biola mengalun merdu mendayu, menghipnotis semua orang dan hanya terpaku pada dirinya. Termasuk Rino. Rino merasa hatinya ikut teriris mendengar nada pilu dalam alunan biola itu. Gadis itu mampu menumpahkan isi hatinya melalui musik. Reni, nama itu akan selalu melekat dalam benaknya. Ia menatap jam tangannya. Lebih setengah jam dari jadwal yang ditentukan. Ia harus memimpin rapat hari ini. Rino kembali menatap gadis itu. Reni, paling tidak ia sudah tahu namanya sekarang. Gadis pantai itu bernama Reni anak jurusan seni musik.

“Kita akan mencoba meneliti gumuk pasir di Pantai Parangtritis. Kita bisa melihat suasana Pantai Parangtritis sembari melakukan penelitian kita. Tentu saja dengan biaya yang sangat terjangkau. Bagaimana?” Usul Rino dalam rapat itu. Angannya melayang ke Reni. Jika berutung ia dapat kembali bertemu dangan gadis pantai itu lagi di sana.

Perdebatan tentang tempat penelitian itu pun terhenti. Mereka mulai mempertimbangkan usul Rino. Setelah lama mempertimbangkan, mereka akhirnya sepakat untuk melakukan penelitian di Pantai Parangtritis. Saat itu juga mereka mendiskusikan segala sesuatunya, dan menetapkan akan ke sana pada hari Sabtu-Minggu depan.

 

Sebelum pagi datang, Rino sudah siap dengan motor pinjamannya. Ia mengatakan pada teman-temannya akan datang duluan ke sana untuk memastikan segala akomodasinya karena mereka akan berada di Pantai itu selama dua hari. Rino segera berkemas dan menyambut suasana pagi dengan bersepeda motor sendirian ke Pantai itu. Mulai memasuki jalan Parangtritis, ia teringat kembali akan gadis itu. Harapan untuk dapat bertemu dengan  gadis itu demikian besar. Semoga ini akan menjadi weekend terbaiknya.

Setelah menyelesaikan semua perencanaan, ia berjalan-jalan sebentar di pantai hingga rombongan teman-temannya berdatangan. Mereka berkumpul, meletakkan barang di penginapan, lalu berpencar melakukan tugas masing-masing. Tak terasa senja pun mulai membentang. Keindahan panorama senja di Pantai Parangtritis mempesona semua peserta. Malam pun datang. Mereka kembali ke hotel untuk beristirahat.

Rino melangkah lesu menuju hotel. Sehari di pantai ini telah berlalu, namun ia tak juga bertemu dengan gadis itu. Reni, dimanakah tepat tinggal gadis itu? Mungkinkah ia sebenarnya juga tinggal di komplek kos Karang Malang? Mungkinkah ia juga hanya pendatang di pantai ini seperti dirinya? Rio menggeleng, mengusir bayangan itu. Ia melangkah masuk ke dalam hotel dan beristirahat. (BERSAMBUNG)

Tinggalkan Balasan