Sejak Januari 2021 saya kembali ngeblog, membiasakan diri kembali menulis. Saya ingin kembali berbagi melalui tulisan. Selain itu saya juga ingin mengejar ketertinggalan dari sahabat saya yang sudah melejit lebih dulu karena kepiawaiannya merawat komitmen sehingga bisa menghasilkan banyak tulisan baik solo maupun antologi dan kemudian berhasil dibukukan.
Dengan begitu tidak ada cara lain bagi saya untuk mengejar ketertinggalan tersebut selain dengan menulis juga dan menulis terus. Meski mungkin hanya beberapa paragraf. Karena jika tidak atau sehari saja saya berhenti menulis maka bagaimana mungkin saya bisa mengejar ketertinggalan tersebut apalagi bermimpi memiliki buku dari hasil tulisan saya.
Tetapi mewujudkan untuk dapat menulis setiap hari itu tidak mudah, berbagai hambatan menulis selalu menjadi drama yang diputar setiap hari. Namun yang terberat adalah merawat komitmen.
Sejatinya komitmen untuk selalu menulis itu lawannya satu, diri sendiri. Ini berat jika tidak memiliki kesungguhan. Harus mau mengubah mindset bahwa menulis itu sulit dan menganggap menulis sebagai kebutuhan. Ibarat makan dan minum, sebagai penulis kita harus berada dilevel lapar membaca dan haus menulis.
Dalam sebuah kutipan disebutkan:
Komitmen adalah pilihan-pilihan kecil setiap hari yang menuntun pada hasil akhir yang kita perjuangkan
Jadi jangan sampai maunya banyak, tapi nggak ada komitmen. Maunya punya buku hasil tulisan sendiri, tapi nggak pernah komitmen tiap hari menulis. Itu sih namanya mimpi disiang bolong.
Selama berhenti ngeblog lalu memulainya kembali seperti sekarang ini tentu saja saya harus bisa menciptakan ritme menulis kembali. Meski tidak mudah, karena saat ini selain mengurus pekerjaan di sekolah, saya juga harus mengurus tiga anak yang sedang aktif-akifnya belum lagi urusan domestik lainnya. Yang kalau dijabarkan satu-satu bikin mumet. Tetapi ya sudahlah, dinikmati saja. Masalah dan tantangan tidak akan selesai jika hanya dipikirkan.
Jadi mulailah menulis, karena waktu terbaik menulis adalah sekarang. Sekarang juga!