Memoar Pramuka #18 : It’s Time for Jambore Nasional
Dengan agak panik salah satu crew dari TVRI mendatangi kami satu persatu, petugas upacara pembukaan Jambore Nasional 2006. Dengan membawa secarik kertas, dengan sigap menuliskan nama, asal kabupaten dan asal sekolah. Tepat 15 menit sebelum pelaksanaan dimulai, petugas dari TVRI tersebut sudah selesai dan kembali ke mobil tempat ia bertugas, dan setelah itu kami pun bersiap dengan posisi terbaik untuk melaksanakan tugas kami sebagai petugas upacara Pembukaan Jambore Nasional 2006.
Pengibaran bendera dilaksanakan setelah berbagai rangkaian utama dilakukan, termasuk setelah Bapak Presiden SBY menyampaikan pidatonya. Bendera yang kami kibarkan adalah bendera kegiatan Jamnas, sehingga sebetulnya tidak ada aturan khusus dalam proses pengibaran ini. Hanya dengan sentuhan etis dan estetis saja, kami bergerak dalam satu aturan dan paduan yang harus terlihat indah. Dengan berkibarnya bendera Jambore Nasional 2006 ini, maka pelaksanaan resmi Jamnas pun di buka.
Tidak lama setelah itu, handphone pun berdering. Sebuah handphone jadul yang memiliki layar kecil, dengan warna kuning terang ini menjadi satu-satunya alat penghubung dengan keluarga di Cianjur. Pernah suatu ketika, handphone dengan merk samsung jadul ini terjatuh, ke lantai becek, dengan kondisi sudah terpecah menjadi 3 bagian, tapi alhamdulillah sampai pada saat itu masih tetap bisa digunakan.
“Alhamdulillah dad, aya dina tv ! ( muncul di tv ! ),” terdengar suara dari ujung handphone menginformasikan kalau nama saya disebut sama penyiar tv.
” Sae teu ? (Bagus gak ?),” Jawab saya polos.
“Alhamdulillah, ditingal ngariung didieu..” Saya hanya bisa membayangkan kalau di depan tv mungil 14 Inch yang diletakan di dalam kamar, berkumpul mungkin lebih dari 10 orang yang entah bagaimana posisi duduknya. Yang saya tahu, bahwa alm. uwa (panggilan kakak dari orang tua) pada saat itu menitiskan air mata saat nama saya di panggil.