SERPIHAN CERMIN RETAK 13

Cerpen, Literasi, YPTD72 Dilihat

SERPIHAN CERMIN RETAK 13

Tung Widut

“Bapak nggak usah memberi harapan palsu buat mamaku,” kata Yuandra setelah menggelandang pak Carlos ke luar ruangan.

“Yuan. Kebahagiaan hal yang sangat penting bagi orang sakit.          Please…kabulkanlah permintaanku kali ini. Demi mamamu,” pinta Pak Carlos       sambil menyatukan kedua belah tangannya tanda permohonan.

Yuandra berpendapat. Jangan pernah memeberi harapan kosong pada ibunya. Apalagi cerita yang sebenarnya tentang kejadian yang mereka alami. Sedang Pak Carlos mempunyai pendapat lain. Ingin membahagiakan  mamanya Yuandra sete;ah mengetahui keadaan sebenarnya. Ingin memberi dukungan moral. Bagi orang sakit perasaan senang dan gembira sangat penting. Memang apa salahnya kalau betul  dirinya harus menikah dengan Yuandra, toh dia  sudah memberikan keperawanan padanya. Perdebatan mereka takkan bisa berakhir.  Mereka mempunyai pandangan yang berbeda. Hanya rintihan mamanya Yiandra yang berhasil  menghentikan.

Pagi yang sendu.  Di langit abu-abu membenamkan matahari dalam peraduan.  Tak tahu sampai kapan. Ataukah  memang tak diberi kesempatan untuk menunjukan pesonannya. Titik-titik air yang jatuh beberapa kali berangsur.  Membuat  orang bermalasan. Tidak  dengan Yuandra. Terlihat pagi-pagi benar dia  menerima order. Order yang  dia lakukan sesaat setelah mengantarkan mamanya ke ruang operasi. Dokter mengatakan mengatakan kalau butuh waktu lima jam untuk mengoperasi memanya. Artinya ada beberapa waktu yang bisa digunakan untuk menerima order.  Lumayan lah  untuk menambah biaya  operasi mamanya. Belum sampai juga mengantar makanan pada pemesan,  gerimis sudah datang. Terpaksa Yuandra berhenti dipinggir jalan untuk mengenakan jas hujan.

“Ciiiit,” terdengar decit  ban mobil yang sedang direm. Kini mobil itu terlihat mundur. Dua lampu bagian belakang menyala merah. Pintu mobil terbuka. Terlihar seorang lelaki ke luar dari mobil.  Di tangan kanannya  membawa payung warna biru. Sementara hujan semakin deras disertai sedikit angin.

“Yuan, kamu masih saja bekerja. Hari ini kamu harus menemani mamamu            operasi,” suara lelaki itu memecah derasnya hujan.

Yuandra yang mendengarkan  suara yang hanya sayup itu  tak mempedulikan. Motornya berusaha di stater. Dia tahu kalau suara itu suara pak Carlos. Tapi pak Carlos justru menghadangnya.

 

Tinggalkan Balasan