Bekas Ramadhan

Edukasi, Humaniora, Islam92 Dilihat

BEKAS RAMADHAN

Sebagian besar umat Islam pasti sangat merindukan dan mengharapkan kedatangan bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari, bulan yang penuh hikmah, juga pengampunan. Ada juga yang beranggapan bulan Ramadhan momentum untuk mensucikan diri, karena satu bulan penuh dikarantina semata untuk menunaikan berbagai ibadah.

Kalau ibadah selama bulan Ramadhan itu dilakukan secara benar dan ikhlas, tentulah akan membekas pada perilaku keseharian, dan akan membuat kita lebih tawaduk, meninggalkan berbagai perilaku buruk. Bekas Ramadhan itu akan memperbaiki kualitas ibadah dalam keseharian.

Bekas Ramadhan itu seperti halnya ‘bekas sujud’ (sholat), dan bekas sujud itu bukanlah tanda hitam yang ada di dahi. Bekas sujud itu meninggalkan perbuatan keji dan munkar, mengubah akhlak dan perilaku yang tidak baik. Sholat itu hakikatnya untuk terhindar dari perbuatan keji dan munkar, kalau sudah taat sholatnya, tapi masih berbuat keji dan munkar, pasti ada yang salah dengan sholatnya.

Atlit saja dikarantina selama sebulan penuh akan mengubah dan meningkatkan skillnya dalam olah raga yang digelulitinya. Peserta Indonesian Idol saja dikarantina selama sebulan penuh, juga meningkatkan skill bernyanyinya. Begitu juga kita, seharusnya selepas Ramadhan, ibadah yang dilakukan semakin meningkat kualitasnya, dan membekas dalam perilaku keseharian.

Sehabis Ramadhan seharusnya kita kembali ‘fitri’ dan suci kembali. Tandanya kita kembali suci adalah meninggalkan segala perilaku buruk, dan tidak mengulangi perilaku tersebut di bulan berikutnya. Itulah bekas Ramadhan, karena ibadah yang dilakukan selama satu bulan penuh tersebut membekas dalam perilaku keseharian.

Inilah momentum untuk memperbaiki diri, meninggalkan perilaku yang tidak baik, menjadi berperilaku baik. Padahal sholat itu sendiri kalau dilakukan secara terus menerus, penuh kekhusukan, akan membekas dalam perilaku keseharian. Tidak berlaku keji dan munkar adalah salah satu manifestasi dari bekas sholat.

Yang jelas, setiap ibadah yang kita lakukan itu akan mengikis berbagai kesombongan dan keangkuhan, itu kalau setiap ibadah tersebut dilakukan secara benar. Kalau sudah taat beribadah, tapi masih berlaku sombong dan angkuh, perlu direnungkan ibadah yang sudah dilakukan. Itu pertanda ibadah yang dilakukan tidak ada bekasnya didalam diri.

Allah menurunkan bulan Ramadhan untuk memfasilitasi umatnya, agar memanfaatkan satu bulan penuh di bulan Ramadhan bisa meningkatkan kualitas ibadah. Allah memfasilitasi umatnya di bulan Ramadhan, untuk memperoleh pengampunan. Dengan demikian di bulan berikutnya bisa lebih baik taraf hidup dan amal ibadahnya.

Tinggalkan Balasan

2 komentar