Kontemplasi | Shirathal Mustaqiym

Shirathal Mustaqiym

Dunia hanyalah persinggahan menuju akhirat, yang bukanlah sebuah tujuan. Hidup adalah pengabdian semata kepadanya, yang menjadikan semua aktivitas adalah ibadah. Begitulah sejatinya fitrah manusia, hidup dan dihidupkan.

Semua yang tampak indah, ketakjuban manusia kepada Sang Pencipta. Mensyukuri itu semua sebagai sebuah nikmat yang diberikannya. Begitu juga sebaliknya, semua keburukan yang dirasakan adalah sebuah ujian keyakinan terhadapnya.

Tidak ada yang patut dikutuk dari setiap keadaan yang tidak menyenangkan, karena itu semua adalah bagian dari perjalanan hidup dipersinggahan, untuk menuju kealam keabadian. Sepanjang perjalanan adalah titian Shirathal Mustaqiym yang harus dilalui dengan selamat.

Fitrah manusia hidup dijalan yang lurus, jalan pengabdian kepada Sang Pencipta, itu kalau senantiasa mengikuti tuntunannya. Semua tergantung apa yang dipertuhankan, mempertuhankan dunia hanya akan tersesat di dunia dan tidak akan pernah sampai pada hakikat tujuan.

Setiap hari, setiap saat meminta petunjuk jalan yang lurus, namun tidak satu kata dan perbuatan. Niat hati dan langkah tidak sejalan, permintaan petunjuk jalan yang lurus, kaki melangkah ke jalan yang salah. Itulah selemah-selemahnya manusia yang tidak memiliki ketetapan hati.

Perjalanan panjang adalah perjalanan memetik hikmah dari kebesarannya, menyadarkan diri hidup di dunia fana, dunia yang penuh muslihat menuju kemaslahatan. Sadar terhadap semua itu adalah jalan keselamatan, sadar bahwa manusia tidak berkuasa atas apa pun dan bukan pemilik segala hal yang diperoleh.

Ini hanya sebuah kontemplasi perjalanan hidup yang dilalui dengan beragam ujian dan cobaan. Pada akhirnya perjalanan usia adalah sebuah penantian terhadap sebuah kematian yang menjadi rahasia Allah, tidak bisa kita duga kapan datangnya. Semua berharap untuk Husnul Khotimah diakhir perjalanan hidup.

Aji Najiullah Thaib

Tinggalkan Balasan