Manusia dan Ujian Kesabaran

Humaniora, YPTD0 Dilihat

Betapa kesabaran itu terus diuji, tidak Ada famrih diatas semua kewajiban. Pahala dan dosapun adalah sebuah ganjaran dari setiap perbuatan. Kewajiban harus dilaksanakan, seperti halnya mematuhi larangannya. Dimana Kuasa manusia,? Tidak Ada, karena manusia tidak berkuasa atas apapun.

Fitrah manusia hanya beribadah kepadanya, atas semua yang dilakukan. Jika tidak diniatkan karena-Nya maka tidak akan mendapatkan faedah apapun. Kalau tidak memperoleh faedah bagaimana mungkin mau mengharapkan keberkahan.

Sulit? Memang sulit kalau tidak pernah Lillah. Manunggal dengan gusti Allah, mengabdikan diri kepadanya, itulah hidup sejatinya. Tanpa famrih atas pahala, Lillah tanpa mengharap, semua karena Gusti Allah.

Menjadi Ringan ketika tanpa mengharap, semua dilakukan dengan tulus dan ikhlas karena cinta. Mencintai tanpa mengharap untuk dicintai. Karena setiap harapan cenderung mendatangkan kekecewaan. Begitulah ujian dari setiap pengabdian yang tulus karena cinta.

Taat dan patuh hanya karena takut pada nerakanya, dan karena mengharapkan surganya, lantas di mana Lillahi Ta’ala? Padahal Tuhan mengharapkan kita melakukan itu semua, hanya karena takut dan patuh kepada-Nya, bukanlah karena hal yang lain.

Seorang penyair Sufi wanita, Rabi’ah Al Adawiyah, sangat pas memahami apa yang di kehendaki Allah, dalam sebuah syairnya dia sampaikan itu dengan sangat sempurna,

Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku

Gusti Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Dia mencintai tanpa perlu kita mengharap. Dia mendengar setiap doa, baik yang diucapkan maupun yang ada didalam hati. Tidak ada keraguan atas Kekuasaan dan kasih sayangnya. Kitalah yang kurang bijaksana dalam meyakini kekuasaan-Nya.

Sering kita gelisah ketika doa belum terjawab, padahal dia sudah menjawab tidak seperti yang kita harap.Dia tidak memberi seperti apa yang kita minta, tapi dia memberikan apa yang kita butuh.

Ketika kita kecewa, kita menjadi malas mengharap, berhenti untuk berdoa, padahal setiap doa pasti dijawab, hanya saja waktunya yang tidak kita ketahui.

Berprasangka baik saja kepada Gusti Allah, karena Dia tidak pernah memberikan hal-hal yang buruk bagi umatnya. Hal yang buruk itu datang disebabkan oleh prilaku buruk Kita. Gusti Allah senantiasa mendatangkan kebaikan, jika setiap langkah, setiap perbuatan diniatkan semata karenanya.

Sabarlah sampai datang Ketentuan-Nya, itulah batas Kesabaran yang dikehendakinya. Ujian kesabaran selalu Ada, setiap waktu, setiap saat. Namun semua Akan Indah pada waktunya, sesuai dengan ketetapan waktu yang sudah ditentukannya. Jangan Lelah terhadap kesabaran, karena Sabar itu buahnya manis.

 

Tinggalkan Balasan