Memaknai Hakikat Habluminannas

Humaniora, YPTD0 Dilihat

MEMAKNAI HAKIKAT HABLUMINANNAS

Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam beliau bersabda, Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).

Hakikat manusia itu punya dua sisi, kebaikan dan keburukan, menjadi baik kalau mengutamakan kebaikan, untuk mengiringi keburukan, agar tidak didominasi keburukan. Dan akan menjadi buruk, kalau dirinya didominasi perbuatan buruk.

Hakikat habluminannas, adalah kemanusiaan, mengutamakan hubungan kemanusiaan tanpa ada jarak oleh apa pun. Hubungan kemanusiaan itu tidak dibatasi oleh Suku, Agama, dan Ras. Atas sesama manusia kita tidak punya hak menilai keimanannnya, karena itu bagian dari otoritas Allah Subhanahu wa ta’ala.

Berbuat kebaikan pun tidak dibatasi oleh apa pun, berbuat kebaikan hanya atas dasar kemanusiaan, panggilan rasa kemanusiaan, bukan karena sesama suku, sesama bangsa, dan sesama agama saja, karena kalau sudah atas nama kemanusiaan, maka atas nama sesama manusia ciptaan-Nya.

Lalu dimana kita pantas membatasi diri dalam hubungan kemanusiaan? Tidak ada sama sekali. Kalau kita meneladani Rasullulah Shallallahu’alaihi wa sallam, ya tirulah akhlak beliau. Bagaimana Baginda Rasul tetap berbuat baik kepada seorang wanita buta, yang juga pengemis berkebangsaan Yahudi, yang selalu mencaci dan memaki Rasullulah.

Dengan konsisten, setiap pagi beliau menyuapi pengemis tersebut, hingga sampai beliau wafat. Mana ada Rasullulah Shallallahu’alaihi wa sallam pilih-pilih orang untuk berbuat baik, kok sebagai pengikut kita malah rasis, dan pilih-pilih dalam menjalin hubungan kemanusiaan.

Masih banyak teladan Rasullulah Shallallahu’alaihi wa sallam yang patut diteladani, kalau merasa Umat Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, ya wajib kita meniru Akhlak beliau sebagai panutan. Dalam kemanusiaan itu tidak mengenal kata ‘siapa’, yang ada cuma kata ‘apa’ dan ‘kenapa’.

Itulah makanya atas nama kemanusiaan, tidak ada jarak, tidak ada batas, pengabdian Semata karena Lillahi ta’ala.

Tinggalkan Balasan