Orang yang Tidak Jujur

Humaniora, Terbaru0 Dilihat

Meng-implementasikan kejujuran memang Hal yang sangat sulit, tapi juga bukan berarti tidak bisa. Bagi orang-orang yang menjujung tinggi kebenaran dan kebaikan, sifat jujur adalah kemutlakan yang harus dimiliki. Secara pribadi saya tergolong orang yang kurang jujur, tapi secara manusiawi tetap tidak menyukai ketidakjujuran.

Musuh terbesar orang-orang jujur itu adalah orang-orang yang tidak jujur. Karena orang-orang jujur itu cenderung tidak ada kompromi terhadap ketidakjujuran.

Padahal fitrah lahiriah manusia itu adalah Siddiq dan Amanah. Inilah yang menyebabkan seorang manusia bisa diagungkan juga bisa dihinakan.

Orang-orang yang jujur begitu diagungkan dalam kehidupan sosial, karena dia bisa dipercaya dan sangat bertanggung jawab saat diberikan Amanah. Sebaliknya orang-orang yang tidak jujur dan tidak dipercaya, akan diwaspadai dalam pergaulan sosial.

Orang-orang yang jujur cenderung apa adanya, dia tidak mengenal apa yang namanya rekayasa keadaan.

Semua yang dilakukan sesuai dengan kenyataan, semua yang dikatakan sesuai dengan perbuatan, tidak ada unsur rekayasa dalam segala tindakan.

Bagi orang-orang yang tidak jujur sebaliknya hal seperti itu sulit dilakukan, karena kebiasaan merekayasa keadaan, sehingga apa yang dilakukan penuh tipu muslihat, kejujuran adalah Hal yang dinomor duakan.

Dalam sebuah Komunitas pekerjaan, biasanya orang-orang jujur sangat mendapat tempat dihati para pemegang kebijakan, karena orang-orang jujur lebih menguntungkan, dibandingkan orang-orang yang tidak jujur.

Namun orang-orang yang tidak jujur, kaya Akan tipu muslihat, sehingga dia bisa merekayasa kedaan, yang benar bisa terlihat salah, dan yang salah seperti terlihat benar.

Yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak jujur adalah, dia tidak mengimani bahwa Tuhan itu Maha Melihat dan Maha mendengar, sehingga tidak ada sedikitpun rasa takutnya terhadap Kekuasaan Tuhan, oleh karena itulah dia tetap eksis dengan prilaku tidak jujurnya. Sementara orang-orang yang jujur malah sebaliknya, karena keimanannya yang kuatlah sehingga dia takut untuk berlaku tidak jujur.

Menjadi orang jujur secara sempurna memanglah sulit, tapi tetap memelihara kekujujuran tetaplah harus dipertahankan. Menjadi orang yang tidak jujur secara terus menerus juga tidaklah mungkin.

Pada setiap fase kehidupan, manusia tetap akan disadarkan oleh keadaan dan situasi. Saat itulah manusia insyaf dan menyadari segala kekhilafan, bahwa ketidakjujuran itu hanya menjerumuskan diri kedalam kekufuran.

Tidaklah manusia memiliki kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza Wajalla semata, sementara manusia adalah tempatnya khilaf, namun bukan karena khilaf secara terus menerus sehingga manusia harus menikmati kesalahan. Kesalahan harus disadari agar bisa diperbaiki.

Tinggalkan Balasan