Perjalanan Cinta Seorang Guru (3)

Tidak mudah mengikuti ajakan dan tekad itu. Bukan karena dia tidak mau. Tapi respon Kepala Sekolahnya tidak terlalu mendukung saat itu. Pak Supardjo, BA yang menjadi pimpinan sekolahnya, itu benar-benar berbeda jauh cara memandangnya terhadap berbagai aktivitas Jamel dan beberapa teman yang berkegiatan ‘sampingan’ itu.

“Sesungguhnya saya tidak mengejar uang tambahan dalam pekerjaan tambahan ini,” jelasnya suatu hari kepada beberapa temannya sesame guru. Termasuk dia jelaskan kepada Kepala Sekolahnya. “Harus saya tegaskan, ini semata-mata mengabdi untuk masyarkat dan agama yang kebetulan diberi rasa percaya oleh Pak KUA. Saya pun tidak meninggalkan tugas utama sebagai pendidik di sekolah karena tugas-tugas itu pada umumnya dilakukan di luar jam sekolah.” Ada rasa jengkel sebenarnya di hatinya. Tapi sebagai guru baru dia tidak berani secara terang-terangan menunjukkan perlawanan kepada Pak Suparjo Suk, BA itu.

Sayangnya, Pak Kepala Sekolah tetap saja tidak merestuinya. Beberapa kali Jamel ditanya, mengapa terlalu sibuk di luar sekolah, Jamel hanya menjawab bahwa dia tidak meninggalkan kewajiban sekolah. Jamel benar-benar tidak mengerti dengan sikap bosnya yang selalu mempermasalahkan aktivitasnya di luar jam sekolah. “Apa yang diinginkannya dengan sikap begitu?” Pertanyaan ini hanya ada di hati Jamel.

Namun sebagai seorang yang sudah biasa berkegiatan keagamaan –baik di Pekanbaru maupun ketika masih di kampung, dulu– Jamel selalu saja ikut atas ‘pelawa’ Pak KUA itu. Dia tidak pernah menolak ajakan Pak Ambok Salima, KaKUA yang bijak itu untuk berkegiatan dalam berbagai aktivitas keagamaan.

Pengetahuan dan pengalaman sebagai orang yang pernah mengecap pendidikan di PGA (Pendidikan Guru Agama) Pekanbaru sebelum kuliah di UR (Universitas Riau) Pekanbaru, membuat Jamel tidak merasa canggung dalam mengemban amanah tambahan. Dia justeru merasa enjoy saja melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan ‘masyarakat’ itu. Meski sebenarnya merasa serba kekurangan dalam pengetahuan dan pengalaman, namun tetap saja dia melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya. Tekadnya, jika itu dianggap berguna untuk orang lain, maka dia tetap akan melakukan. (bersambung)

Tinggalkan Balasan