Saya tidak mengira bisa bertahan juga untuk menulis setiap hari diblog. Ada sembilan postingan di Januari dan tiga postingan di Februari termasuk yang sedang anda baca saat ini. Tentu saja ini semua bukan karena hanya dorongan dari dalam diri saya saja. Tetapi juga karena berkat dari bergabungnya saya dengan grup belajar menulis bersama PGRI binaan Om Jay.
Saya mulai bergabung di grup tersebut sejak tanggal 22 Januari 2021, menjadi peserta di gelombang 17 yang pada saat itu sudah memasuki pertemuan ke 9. Entah Kebetulan atau tidak, materi pertemuan pertama saya di grup ini menyoroti tentang Mental Seorang Penulis. Seperti yang pernah saya ceritakan dipostingan sebelumnya bahwa saya selalu kesulitan untuk menjaga konsistensi dan mood dalam menulis dan hal inilah yang acapkali membuat saya buntu dan mengalami writer’s block. Tidak tanggung-tanggung sembilan tahun saya tinggalkan aktivitas blogging. Materi inilah yang menyentil kesadaran saya. Adalah benar, penting bagi kita yang mendaku diri sebagai penulis untuk memiliki mental yang kuat dan sehat.
Hal tersebut tentu saja bukan tanpa alasan, karena seperti kita ketahui menulis itu gampang-gampang susah dan akan ada masanya saat penulis diuji dengan kekurangan ide, komentar pedas dari pembaca, kecacatan tulisan atau ikut terhanyut pada apa yang ditulisnya, hal terakhir biasanya menimpa para penulis fiksi. Maka sebelum itu semua menimpa sudah sepatutnya kita menyiapkan mental kita.
Sependek pengalaman belajar yang saya alami, maka saya menemukan 5 hal penting yang harus kita lakukan jika benar-benar ingin menjadi penulis. Hal-hal tersebut diantaranya adalah:
1. Banyak Membaca
Membaca dan menulis adalah dua hal tak terpisahkan dan bagi seorang penulis harusnya itu menjadi harga mati. Dengan membaca akan semakin membuka wawasan penulis, karena akan semakin banyak referensi yang diperoleh. Sehingga rasa-rasanya mustahil kalau sampai penulis kehilangan idenya. Jadi mulailah dengan banyak membaca
2. Rajin Menulis
Jangan takut untuk memulai, tulis apa saja yang menjadi kegelisahan, tulis apapun yang ada dalam pikiran. Menulislah dengan bebas, jangan khawatir pada ejaan dan tanda baca, tuangkan semuanya sebagai bentuk pemanasan. Karena kita pun perlu waktu untuk menata pikiran dan perasaan. Jika sudah selesai barulah baca ulang kembali tulisan dan memperbaikinya. Karena Lebih mudah mengatur ulang tulisan yang sudah ada daripada memulai dari kertas kosong.
3. Abaikan Mood
Menulis bukan sekedar kegiatan menumpahkan isi hati, jadi hempas semua masalah pribadi dan terus menulis tak peduli apapun yang terjadi kita harus mampu menempatkan dri sebagai pencetak kata, penghasil karya.
4. Bergaul di komunitas dengan passion yang sama
Selektiflah dalam bergaul, karena lingkungan itu sangat berpengngaruh terhadap diri kita. Hal ini tentu saja demi kesehatan dan keberlangsungan hidup kita sebagai penulis. Baik online maupun offline, bergaullah dengan orang yang memiliki passion yang sama. Dengan demikian kita akan selalu merasa memiliki semangat baru.
5. Merawat komitmen, Mempertahankan Konsisten
Sejatinya komitmen untuk selalu konsisten menulis itu lawannya satu, mengalahkan kemalasan diri. Ini berat jika kita tidak bersungguh-sungguh. Untuk itu kita harus mengubah mindset dan menganggap menulis sebagai sebuah kebutuhan. Harus sampai pada level lapar membaca dan haus menulis.
Saat ini saya sedang berada dipoin ke lima, sedang berusaha sebisa mungkin merawat komitmen dan mempertahankan konsisten untuk terus menulis. Saya meyakini bahwa menulis satu paragraf buruk tetap lebih baik bagi penulis, daripada banyak ide dan gagasan menarik namun tak pernah mewujud dalam tulisan.
“Menulis berarti lebih dari sekadar meletakkan kata-kata indah di atas kertas, menulis adalah membagikan sebagian jiwa Anda kepada dunia.”
Bagus tulisannya. Semangat Bu..
Terimakasih, Bunda