Sepotong Roti

Cerpen, Fiksiana28 Dilihat

Don’t judge the book by its cover

           Tiara melihat ibunya begitu resah saat keluar rumah. Beberapa saat kemudian ibunya pulang dengan membawa beras dikantong plastik kecil. Ibunya segera menanak nasi di dapur. Selesai Maghrib saat makan malam ibu menghidangkan nasi panas yang telah diaduk dengan garam dan minyak dan diberikan kepada Tiara.

          “Tiara, ayo dimakan!”

          “Ya, Mak”

          Tiara tidak melihat lauk di meja. Hidangan yang ibunya berikan mulai disantapnya. Tiara suka terasa enak dilidahnya. Tiara pun makan dengan lahap. Bahkan ia minta menambah nasi kepada ibunya.

          Sedangkan Dodi masih terlihat ogah-ogahan ia tidak sudi dengan menu yang diberikan oleh ibunya. Melihat tingkah putranya sang ibu terpakasa membeli sebutir telur untuknya.

          Keesokan hari, ibu hanya menyediakan hidangan lauk telur dadar yang telah dipotong kecil-kecil. Tiara mulai bertanya kepada ibunya.

          “Mak, tidak ada ikan?”

          “Tidak ada sayang, maafkan ibu, uang yang diberi ayahmu sudah habis.”

          Ayah Tiara adalah seorang pedagang keliling yang bekerja dari satu pulau ke pulau lain. Perjalanan jauh membuat ayahnya pulang tidak menentu. Terkadang bisa berbulan-bulan lamanya. Sebagai gadis kecil yang belum genap sembilan tahun ia bisa memahami keadaan orang tuanya.

***

          Pukul telah menunjukkan 06.40 WIB. Waktunyan berangkat sekolah. Tiara saat itu mendapatkan uang jajan sebesar 100 rupiah. Cukup membeli 2 potong kue. Sedangkan kakaknya Dodi 200 rupiah. Saat ibunya hendak memberi uang jajan untuk kakaknya uang ibu kurang 50 rupiah.

          Dodi merajuk, ia tidak mau berangkat ke sekolah jika uang jajannya kurang.

          “Tir, bisa ibu pinjam uang Tiara 50 rupiah untuk kakakmu?”

Tiara mengiyakan permohonan ibunya.

Melihat raut wajah kakaknya yang merengut Tiara memberi uang jajannya 50 rupiah kepada kakaknya agar mau berangkat ke sekolah.

          “Nih Bang, uangnya,”

          Dodi menyabet uang dari Tiara.

          Dodi dan Tiara terpaut 3 tahun. Tiara duduk di kelas 3 SD sedangkan Dodi kelas 6 SD. Berada di sekolah yang sama Dodi tidak pernah berangkat berbarengan dengan adiknya. Di sekolah pun ia terlihat cuek dengan Tiara.

          Jam istirahat Tiara hanya bisa membeli sepotong kue dengan uang yang ia miliki saat itu. Tiara lupa membawa air dari rumah. Tiara bingung apakah uang yang ia miliki dibelikan air atau jajanan. Rasa haus dan lapar menggerogoti perut mungilnya. Lama ia memutuskan, akhirnya ia lebih memilih membeli air karena teringat dengan pelajarannya jika manusia tidak bisa bertahan jika tidak ada air daripada makanan.

          Tatkala Tiara sedang duduk di bawah pohon sambil meneguk air yang ia beli, Dodi datang menghampiri Tiara dengan memberi sepotong roti untuk adiknya.

 Jembrana, 12 Februari 2021

Naskah Hari ke-12

Tinggalkan Balasan