Pandanganku melihat laut lepas dari balkon hotel tempat kami menginap. Sudah 3 hari kami menginap di sini. Pemandangan laut ini hari terakhir aku akan melihatnya, jam 3 sore nanti karena kami akan pulang ke rumah. Mas Bram masih tertidur pulas di kasur kamar hotel. Melihat sekilas ke arah mas Bram masih tertidur. Aku mengalihkan lagi pandangan mataku ke laut lepas nun jauh. Sesungguhnya aku sangat menyukai laut. Melihat laut bisa membuat hatiku tenang. Segala permasalahan sepertinya lenyap dibawa oleh arus laut entah kemana.
Aku, menjadi istri kedua bukanlah cita –citaku tapi inilah kenyataannya. Lia dan Leo akan menjadi anak – anakku sejak mas Bram mengikrarkan ijab kabul sah di depan penghulu. Itu tujuh hari yang lalu. Aku masih memandang laut lepas, berharap ini cuma mimpi belaka. Aku sudah menjadi yang kedua, selamanya tidak pernah jadi yang pertama. Kematian mbak Desi kakakku satu – satunya karena kecelakaan membuatku selalu menjadi nomor dua selamanya.
Sentuhan lembut di bahuku menyadarkan lamunanku, aku mengalihkan padangan mataku kepada laki – laki yang sekarang berstatus suamiku. Wajah ini akan mengisi sisa – sisa hidupku. Meraih pinggang Mas Bram, kami sama-sama melihat laut lepas berharap masa depan yang cerah secerah pemandangan laut hari ini.