“Krriiiiiingggg!!…”
Nisa tersentak dari tidurnya. Jam alarmnya berdering pukul 04.00 tiap paginya. Baginya, kiat sukses yang pertama adalah disiplin waktu. Jam bekernya adalah benda yang paling berjasa dalam hal ini. Dengan setia dan tak banyak rewel, jam bekernya selalu berdering pada saat tepat seperti yang diinginkannya.
Hanya dalam waktu setengah jam Nisa kembali meneliti PR yang telah dikerjakannya sebelum tidur. Saat itu juga ia menjadwal pelajaran hari itu.
“Asyiikk… ada Matematika dan Bahasa Indonesia. Alhamdulillah, PR sudah beres. Semoga benar jawabannya. Amin.” Bisiknya tepat saat ibunya mengetuk pintu kamarnya.
“Nisa, sudah bangun, Sayang?” Sapa ibu tercintanya.
“Alhamdulillah, sudah, Bu. Baru saja Nisa selesai belajar.” Jawabnya.
“Sudah Subuh, lho.” Jelas Ibunya.
“Baiklah, segera Nisa Nyusul ibu ke mushola sebelah.”
Bergegas Nisa membereskan bukunya dan berkemas ke mushola untuk sholat Subuh. Baginya, disiplin waktu dalam beribadah itu harus.
Nisa dan ibunya adalah tim kompak dalam hal memasak. Sehabis Subuh, seketika dapur menjadi ajang curhat dan ajang kreasi mereka dalam menyiapkan makanan favorit mereka.
“Susu coklat kental, Bu. Jangan lupa! Itu yang membuat Nisa menjadi lebih bertenaga di sekolah.” Ingat Nisa sambil tersenyum ceria.
“Nah, semua sudah siap. Pergilah untuk menyiapkan keperluan sekolahmu dan bersiap-siaplah.”
Nisa menghentikan aktivitas di dapurnya lantas memberi isyarat hormat layaknya seorang tentara. Ia pun segera bersiap untuk ke sekolah dan meninggalkan ibunya sendirian menata meja.
Suasana pagi adalah saat-saat favoritnya untuk memanjakan paru-parunya. Itulah mengapa Nisa memilih bersepeda ke sekolah saat jalanan masih suci dari polusi. “Subhanallah…. betapa sejuknya.” Bisiknya pada alam semesta.
Setiba di sekolahnya, Nisa sudah disambut oleh Pak Nardi, tukang kebunnya.
“Selamat pagi, Mbak Nisa! Wuah… selalu semangat seperti biasanya.”
“Pagi, Pak! Tapi selalu kalah pagi dengan Bapak kan? Semangat juga ya!”
Setelah memamerkan senyum cerianya, Nisa segera berlari ke kelasnya. Langkahnya terhenti sebentar di depan pintu dan mengamati segalanya, memikirkan apa saja yang akan dilakukannya.
“Baiklah, aktivitas dimulai! Hemm… akan kubuat bersih, segar, dan nyaman untuk belajar. Tak perduli entah siapa yang piket hari ini,” bisiknya.
Ketika Nisa selesai menyapu lantai kelasnya, beberapa siswa baru berdatangan. Nisa menunjuk pada keset di depan kelas, agar teman-temannya membiasakan masuk dalam kondisi alas kaki bersih, jadi tidak banyak kotoran yang terbawa masuk.
“Wuah… Miss kebersihan sudah beraksi nih. Terima kasih sudah meringankan piketku hari ini. Aku merapikan meja kursi saja,” sapa Laili ceria. Nisa tersenyum senang, kegiatan bersih-bersih itu pun mejadi lebih cepat selesai. (Bersambung)