

Anak Anda sudah menikah? Beberapa orang tua mungkin merasa gelisah atau khawatir jika anak mereka belum menikah. Kami, saya dan istri, pun begitu. Sebab, banyak orang menganggap bahwa menikah adalah sebuah pencapaian atau tanda keberhasilan dalam hidup. Beberapa budaya mungkin menekankan pentingnya menikah dan memiliki keturunan sebagai bagian dari norma sosial dan tradisi.
Saya meyakini bahwa menikah adalah meniru perbuatan yang dilakukan nabi. Melakukan perbuatan yang dilakukan nabi (Muhammad s.a.w) disebut sunnah. Menikah adalah sunnah nabi. Mereka yang tidak mau menikah bahkan diangap sebagai bukan golongannya. Selain itu, menikah adalah upaya menggenapkan agama, begitu ajaran agama saya. Oleh karena itu, orang tua merasa gelisah jika anak memasuki usia yang diizinkan Undang-Undang namun tidak kunjung menikah.
Mengapa orang tua menginginkan anaknya menikah? Orang tua khawatir tentang masa depan anak mereka. Untuk itulah mereka menginginkan agar anak mereka memiliki pasangan hidup yang dapat membantu mereka mengatasi tantangan hidup dan memberikan dukungan emosional. Selain itu, dengan menikah, orang tua juga merasa lebih tenang karena anak mereka memiliki pasangan hidup yang dapat membantu mereka merawat keluarga dan melanjutkan garis keturunan keluarga.
Ketika menemukan tagline pada sebuah buku catatan kuliah milik anak sulung, saya sangat bahagia. Anak sulung saya menulis: sekolah-kuliah-nikah. Mungkin yang ia maksud, bersekolah dahulu, lalu kuliah, selesai kuliah bekerja, dan setelahnya menikah.
Dalam beberapa percakapan pun, ketika ia duduk pada tahun terakhir, ia sempat bertanya, “usia berapa ayah dan ibu menikah?” Saya pun menjawab bahwa setelah lulus kuliah dan bekerja, kami menikah pada usia 22 tahun 9 bulan, sedangkan ibunya berusia 22 tahun 3 bulan. Masing-masing belum genap berusia dua puluh tiga tahun.
“Pada prinsipnya, jika kamu sudah berpenghasilan, silakan menikah!” begitu pesan saya kepadanya.
345 Mengenalkan Calon Pasangannya
Saya mempunyai anak sulung laki-laki. Ia kami beri nama Bagus Aji Santoso. Seperti pernah saya tulis di blog pribadi, nama yang saya berikan itu sederhana. Namun, isinya doa dan pemberitahuan. Melalui nama itu, saya berharap ia menjadi anak yang saleh, bagus akhlaknya, rezekinya, dan sebagainya. Sebagai anak laki-laki, saya berharap ia akan menjadi lelaki yang sentosa, terbebas dari kesukaran dan bencana. Yang lebih penting, semoga ia menjadi anak yang kuat. Terutama kuat menghadapi kenyataan. Sebab, kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, kata santoso saya lekatkan pada namanya.
Kata “Aji” yang terselip di antara kata bagus dan santoso sejatinya akronim yang mengandung harapan. Aji, adalah akronim anak nomer siji. Artinya, anak pertama, nomor satu. Harapannya, semoga selalu menjadi nomor satu di hati setiap orang. Ha ha ha, boleh saja ‘kan saya berharap? Harapan selanjutnya, semoga ia memiliki “aji”. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata aji bermakna tidak ternilai kehormatan dan kedudukannya sehingga orang merasa wajib mengagungkan dan menghormati.
Anak sulung itu, ketika bersekolah di SMKN 3 Lubuklinggau (STM Negeri Lubuklinggau), sering membuat inisial namanya dengan B.A.S. Saya dengan mudah memahaminya. Namun ketika inisial diwujudkan dalam angka, saya tidak menyangka bahwa 345 adalah bentuk lain dari BAS.

Sulung yang berinisial BAS atau 345 memiliki tagline: sekolah-kuliah-nikah. Akan tetapi, hingga usianya genap 28 tahun ternyata tidak kunjung memberitahu atau kelihatan bahwa ia dekat dengan seorang perempuan. Hingga suatu saat mengirimkan beberapa foto bersama seorang gadis melalui WhatsApp dan memberinya keterangan, saya ingin mengenalkannya kepada ayah dan ibu.
345 Berpindah Rumah
Ia yang berdomisili di Bandung saya suruh pulang. Ia pun pulang pada pertengahan September 2022. Setelah bekerja dari rumah saya, ia pun saya antar pulang kembali ke Bandung. Kami berangkat ke Jawa Barat bertiga, saya, dia, dan ibunya. Sebelum sampai ke Bandung, saya memintanya menjadi sopir dan singgah dahulu di kecamatan Cicurug, Sukabumi. Ya, kami ingin bersilaturahmi dengan orang tua perempuan yang fotonya ia kirimkan.
Singkat cerita, kami bertemu dan berkenalan dengan orang tua dan beberapa anggota keluarganya. Kebetulan kami sampai pada Minggu siang. Pada hari Minggu, rumah yang saya tuju menjadi tempat berkumpulnya para anggota keluarga. Setelah beramah-tamah, kami pun melanjutkan perbincangan seputar keseriusan anak-anak menuju jenjang pernikahan. Tidak berbelit-belit dan pihak calon besan pun menerima dengan senang hati. Pun keluarga besarnya tidak menunjukkan mimik penolakan. Rupanya, si Bagus yang dalam keluarga dipanggil Aji ini sudah cukup dikenal dan diterima di hati mereka.
Setelah empat jam beramah-tamah di kediaman calon pasangan si sulung itu, kami pun undur diri. Melanjutkan perjalanan ke Bandung melalui jalan nasional, tidak melalui jalan tol. Perlahan, mobil sejuta umat yang membawa kami, perlahan meninggalkan kota kecil namun jalan rayanya selalu macet itu, Cicurug.
Sampai di Bandung, saya bersama istri menginap di penginapan. Hotel Casa D’ Ladera menjadi pilihan. Hotel itu dekat dengan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan rumah kos anak perempuan saya, Rahmasiwi Utami. Setelah bertemu dengan anak gadis lulusan UPI yang bulan Juni lalu diwisuda menjadi Sarjana Sains, kami pun kembali ke Sumatera.
Kami kembali ke rumah tidak mengendarai kendaraan sendiri. Kami menggunakan jasa bus AKAP, sedangkan mobil kami saya titipkan kepada si Sulung untuk melakukan berbagai persiapan. Selain itu, agar ia lebih mudah melakukan mobilitas ke tempat baru di Cicurug, Sukabumi.
345 Menikah
Niat hati bersilaturahmi, ujung-ujungnya menjadi ajang lamaran. Maklum, jarak Sukabumi – Musi Rawas lumayan jauh dan terpisah Selat Sunda. Oleh karena itu, pembicaraan selanjutnya termasuk penentuan tanggal pernikahan kami lakukan secara daring.
Bulan November dan Desember 2022 adalah bulan-bulan terakhir pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5. Sebagai salah satu aktor, saya harus mengikuti jadwal. Hari terakhir pelaksanaan PGP Guru Penggerak Angkatan 5 adalah tanggal 23 Desember 2022.

Setelah menyelesaikan administrasi penilaian CGP, saya pun berangkat ke Jawa Barat. Isu ombak besar di Selat Sunda cukup membuat jantung berdegup kencang. Namun, berbekal niat baik, kami berdoa semoga perjalanan lancar. Alhamdulillaah, perjalanan lancar dan kami sampai ke tujuan dengan selamat.
Tepat tanggal 31 Desember 2022, lebih kurang pukul 08.00 kami menuju tempat berlangsungnya akad nikah. Rintik hujan tidak menghalangi prosesi penyambutan, kata pembawa acara adalah “mapag pengantin”.

Kami serombongan mengantar calon pengantin pria untuk dinikahkan. Sebelum memasuki gedung pertemuan, kami disambut oleh tokoh pewayangan Semar dan anaknya si Cepot. Tiga orang penari dengan anggun menarikan Tari Merak beriringan dengan sang Panakawan. Cepot mengucapkan selamat datang. Selanjutnya ia menyampaikan kalimatnya dalam bahasa Sunda. Saya tidak banyak memahami apa yang Cepot katakan. Namun, saya yakin bahwa yang ia sampaikan berisi tuturan yang sarat makna.
Setelah selesai, kami pun mengiring si Sulung yang diapit kedua calon mertuanya menuju tempat prosesi akad nikah. Akhirnya, lebih kurang pukul 10.00 disaksikan para saksi yang tercatat di KUA Cicurug dan hadirin yang memadati tempat upacara akad nikah, Bagus Aji Santoso alias BAS alias 345 menikah dan resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga berbahagia selalu dan diliputi kasih sayang dan semoga Allah meridai kalian berdua.
#KMAC-02
Puji Tuhan, hajatan besar telah dilalui dngan lancar daan sukses, ya Mas
Sekaligus menandai tugas sebagai orangtua tuntas. salam sukses dan sehat selalu Mas Santo
Terima kasih, sudah berkunjung dan memberi semangat.
BAS itu 345, semoga rt nya sakinah mawadah warohmah, aamiin..
Ambu Tini, terima kasih.