Tuyul dan Mbah Iwok

Cerpen, Fiksiana54 Dilihat

 

          Memfitnah adalah hal yang tidak masuk akal. 

Tapi yang lebih tidak masuk akal adalah mempercayai fitnah.

Uknown

         “Di sekitar sini ada yang pelihara tuyul ya Bu?” Pak Abdi bertanya kepada Ibunya Tiara.

          “Wah, kenapa Dek? Uangnya hilang?”

          “Iya, ini sudah ketiga kalinya.”

“Ya, saya dengar begitu, tapi saya tidak tahu juga pastinya.”

“Seminggu lalu saya hitung uang, jumlahnya kok kurang. Awalnya saya mengira saya salah hitung kok kurang 1 lembar. Lusa saya coba hitung ulang lagi kurang lagi 1 lembar. Saya sudah mulai curiga itu, tadi pagi saya hitung lagi tabungan saya berkurang lagi 1 lembar.”

“Jika pencuri mana mungkin dia hanya mengambil 1 lembar pasti langsung di ambil semua tu duit. Yang biasa mengambil 1 lembar itu tuyul biasanya Bu.” Ucap Pak Abdi sangat yakin jika dilingkungan sekitar rumah yang di kontraknya ada yang melihara tuyul.

“Memang, saya sering mendengar keluhan pengontrak-pengontrak baru jika uangnya sering hilang.”

“Berarti targetnya memang orang baru Bu, kalau yang lama pasti sungkan yang pelihara. Saya tahu cara menangkap tuyul, kalau berani mencuri uang saya lagi saya tangkap tu tuyulnya.” Pak Abdi bergumam dengan nada kesal dan mengancam.

Isu ada yang pelihara tuyul sudah lama terdengar di lingkungan sekitar rumah Tiara. Akan tetapi kebetulan orang tua Tiara tidak pernah kehilangan, bisa jadi karena orang tua Tiara adalah penghuni lama di lingkungan tersebut.

***

“Eit kemarin kalian tahu nggak tadi malam aku lihat tuyulnya Mbah Iwok.” Ucap Temannya Bang Diki yang baru duduk di kelas 2 SMA.

“Kamu lihat dimana, Ko?”

“Tadi malam aku pulang dari rumah Tedy hampir jam 1 malam. Dari jauh aku lihat ada anak kecil yang bolak-balik kepalanya botak keluar dari rumah Pak Sadikin terus dia masuk ke rumah Mbah Iwok mondar-mandir. Paling habis nyuri uang.”

Tiara mendengar perkataan laki-laki SMA yang sedang duduk di warung Bi Ijah sambil menikmati gorengan. Saat itu Tiara di suruh ibunya membeli gorengan.

Hampir sepekan ini isu yang beredar tentang tuyul yang di pelihara oleh Mbah Iwok. Tiara tidak tahu pasti. Saat itu Tiara mengira jika tuyul itu sebangsa setan. Bagaimana bisa Mbah Iwok dituduh memelihara tuyul padahal Mbah Iwok dan istri sangat rajin beribadah ke masjid. Jika pelihara tuyul apa tuyulnya tidak kepanasan jika Mbah Iwok lagi salat dan mengaji. Itulah yang ada di dalam pikiran Tiara.

Diki sedikit sangsi dengan perkataan temannya, karena ia juga belum pernah melihat tuyul yang diisukan.

“Kalau kamu mau tahu Ted ciri-ciri orang yang memelihara tuyul tangannya selalu di belakang seperti orang istirahat di tempat tapi telapak tangan menghadap ke atas. Coba kamu lihat Mbah Iwok dan istri kemana-mana pasti tangannya begitu. Nah biar yakin lagi kamu praktikkan aja kalau Mbah Iwok sedang jalan kamu di belakangnya coba kamu ngeledek pasti deh Mbah Iwok akan noleh karena di kasih tahu sama tuyulnya.”

Pembicaraan antara Bang Diki dan temannya Eko terekam di pikiran Tiara. Sejak saat itu Tiara selalu saja memperhatikan tangan Mbah Iwok dan istrinya benar saja tangannya selalu saja di belakang.

Tiara ingin mempraktikkan seperti apa yang Bang Eko katakan meledek Mbah Iwok dari belakang jika ia menoleh berarti benar Mbah Iwok sedang membawa tuyulnya.

Sore itu Tiara melihat Mbah Iwok sedang berjalan sendirian. Seperti biasa kedua tangannya berada di belakang. Tiara mulai membuntutinya, ucapan Bang Eko kemarin masih bermain-main di kepalanya membuat ia sendiri ingin memastikan kebenarannya. Baru saja Tiara hendak meledek dengan kedua tangan sudah menempel di pipi dan ingin menjulurkan lidahnya. Mbah Iwok telah menoleh kebelakang.

“Ada apa Tir?” Mbah Iwok menyapa.

“Nggak ada apa-apa Mbah.” Ia pun lari sekencang-kencangnya meninggalkan Mbah Iwok.

 

 Jembrana, 21 Februari 2021

Naskah Hari Ke-21

Tinggalkan Balasan