Maduku terasa Pahit (part Akhir)

Cerpen, Fiksiana102 Dilihat

Waktu berjalan, tapi kau masih setia dengan tanggung jawabmu sebagai istri hanya satu pintamu untuk aku menjaga kesetian hatiku hanya untukmu. Tapi aku bagaikan baling – baling diatas bukit yang selalu berpaling hati dan pikiran, aku mulai tergoda dengan omongan orang yang mengatakan jika harta berlimpah tanpa keturanan akan sia – sia dan tak berguna.

Aku lupa janji untuk selalu membuatmu bahagia, aku tergoda dengan omogan mereka bahwa laki – laki bisa beristri 4. Tapi aku tidak mau 4, aku hanya mau menikahi mereka untuk mendapatkan keturunan saja. aku berfikir anakku, bisa menjadi anakmu tapi aku tidak memikirkan hatimu, aku hanya menuruti kata hatiku saja.

Hampir 2 tahun aku menipunya, aku sadar kau tahu tapi karena janji kita untuk selalu setia membuat kau tidak pernah mau mendengarkan omongan mereka diluar sana. jika sebenarnya dia istriku hanya mau aku yang berkata telah menduakanya dan memberikan madu pahit  dalam kehidupannya..

Dia tetap setia, karena dia hanya mau aku jujur saja. jika aku mau jujur mungkin semua ini tidak akan seperti ini, aku memandng dia berlalu membawa serta luka dan suka serta anak dalam rahimnya dari hadapanku.

Pantai ini tidak lagi akan menjadi penenang jiwanya baginya, rasa gundah dan kecewa akan bertambah kecewa mengingat aku telah menodainya, dengan aku membuat pantai ini menjadi tempat yang mungkin dia benci karena aku mengatakan telah menduakannya. Kakiku seakan tertaman di pasir pantai ini, aku tidak kuat untuk berdiri, mengejarnya dan mengatakan aku tidak sanggup untuk kehilangannya.

Keegoanku membuat aku kehilangan permata yang sudah berkilau seharusya aku tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan mereka, aku harus sabar seperti Nabi Ibrahim yang sabar menunggu lahirnya Nabi Ismail dari rahimnya Siti Hajar. Sekarang Cintaku sedang mengandung tapi aku tidak mempunyai kesempatan untuk melihatnya tumbuh dan memanggilku Ayah.

Terkutuklah aku, selama ini aku selalu merasa menang darinya tak pernah aku bayangkan ternyata maduku terasa pahit yang harus ku telan. Nanar mataku, aku yang memilih madu pahit untukku minum sekarang aku tidak bisa lagi meneguk madu manis milikku karena telah aku tumpahkan kebumi.***

 

 

Tinggalkan Balasan