Kumpulan Rindu (1)

Netraku tak lepas dari mereka, bocah kecil yang berlari kian kemari tanpa ada rasa lelah. Sudah lebih dua jam aku memperhatikan mereka, netraku tiada lelah sampai akhirnya salah satu dari mereka entah karena apa terkulai lemah tak berdaya, kakiku tanp komando berlari mendapatkannya.

“Sayang, bangun nak.” Beberapa kali tanganku mengusap wajah kecil yang terkulai tanpa kesadaran

“Ada apa, apa yang terjadi? Elma, elma.” Entah darimana sosok perempuan sebaya denganku mengambil alih yang berada dalam pelukanku.

“Ada apa dengan anak Saya?” Ucapnya sedih sambil menatapku

“Saya tidak tahu, tiba – tiba saja dia jatuh ketika bermain bersama teman – temannya.” Ucapku memberi penjelasan.

“Mari saya antar ke rumah sakit.”  Ajakku spontan dengan wajah mengandung kecemasan tingkat tinggi tentunya.

Ajakkanku diterima, langkah kaki kami sama menuju mobil Alya yang selalu menemani kemanapun aku pergi.

***

Namanya Elma Safira, cantik secantik wajah imutnya apakah mirip Mamanya yang juga cantik ataupun mirip Papanya begitu dia berkata ketika sore tadi kami mengantarnya ke rumah sakit, yang entah karena apa sanggup membuatku menghapal jadwal bermainnya pada mall di kotaku. Pertemuan tidak disengaja sebulan yang lalu membuatku merasa langsung jatuh cinta kepadanya.

“Assalamualaikum.” Suara yang sudah hampir empat tahun menjadi teman tidurku dalam menjemput mimpi indah.

“Walaikumsallam.” Bergegas langkahku menjemputnya diambang pintu kamar.

“Tumben, nunggunya di kamar. Lagi sakit sayang.” Aku mengangguk menjawab pertanyaanya.

“Hanya capek Bang.” Sambil mengambil tas dan menyeretnya duduk di sofa yang berada di kamar tidur kami.

“Bang, kasihan sekali Elma, masih kecil sudah penyakitan.” Ucapku sedih

“Elma siapa?” ucap Bang Azam bingung

“Eh, lupa itu gadis kecil di Mall tadi sore.” Bang Azam mendengarkan celotehku dengan tidak berminat.

“Sudah ceritanya, buatkan Abang minum, boleh?” aku tergangga mendengar permintaanya

“Maaf, sebentar Salwa buatku.” Berlalu meninggalkan Bang Azam di kamar kami.

***

Sore ini aku sudah duduk di tempat menanti kedatangan Elma, gadis kecil yang memikat hatiku. Sudah seminggu sejak kejadian dia ku antar ke rumah sakit, kami belum berjumpa kembali. Semoga hari ini aku melihatnya kembali.

Sudah dua jam tapi aku menanti, tapi Elma tak kunjung tiba. Aku tidak bisa menunggu lagi jangan sampai Bang Azam tiba dulu di rumah, sejak aku menceritakan Elma kepadanya Bang Azam sepertinya tidak tertarik.

“Sudah anak orang jangan diributkan, Abang penat mendengarkan cerita tentangnya.

Aku tercegat mendengar penuturan Bang Azam, tak biasanya Bang Azam seperti itu, apakah cerita tentang anak kecil biasa menarik minat Bang Azam, apatah lagi sudah empat tahun kami menikah belum ada tanda – tanda akan kehadiranya.

Netraku sayu, mungkin Elma belum sehat betul karena itu dia tidak bermain di sana sekarang, netra memadang ke tempat permainan anak yang selalunya ada Elma di sana.

Belum jauh langkahku dari tempat bermain aku mendengar celoteh yang sangat aku rindu seminggu ini.

“Pa, kenapa tidak setiap hari Papa bersama El dan Mama di rumah?” suaru lucu itu mengusik gendang telingaku. (bersambung)

Tinggalkan Balasan