Resah dalam Balutan Malam
Tung Widut
Mata terbuka menelusuri gelap kini
Pendengar setia jekerik malam yang menghiasi sepi
Mengalun tak lelah sampai pagi
Dingin datang semakin semakin pekat tak peduli
Gulana datang dalam hati
Kala tengah malam yang sunyi
Menggerus raga yang semakin ringkih
Ini perjalanan hidup yang harus di lalui
Apa yang terpikirkan kali ini
Kau benci itu sudah pasti
Sadar akan kau tusuk lagi
Seperti tikammu yang dulu terjadi
Kata picikmu selalu membenarkan diri
Olah kata agar orang lain mempercayai
Tak apa, hak kamu untuk membenci
Sesuka cara menjalani hidup ini
Tapi yang tak disadari
Aku punya cara tersendiri
Merangkai hidup menata diri
Hanya Tuhan yang aku miliki