Menulis itu cuma hobi bagiku. Biar bisa melepas kepenatan setelah mengurusi anak-suami dan sekolah. Jadi aku otodidak menulisnya. Cuma bermodalkan nekad.
Untuk pertama kalinya aku membuat blog pribadi. Sejak tahun 2013. Blog itu berisi rangkuman materi pelajaran, materi kuliah dan cerpen. Terkadang materi pengajian pun masuk blog itu.
Tak lama kemudian aku bergabung di Plukme. Tak menggunakan nama asliku. Aku menggunakan nama pena. Cerita Ringan.
Aku mau menyebutkan nama pena di Plukme karena platform itu sudah tak ada. Tinggal kenangan saja. Kalau misalnya masih ada, aku akan tetap dikenal sebagai Cerita Ringan.
Menulis dengan nama pena sebenarnya malah asyik. Membuat pembaca penasaran sama penulisnya. Dan yang jelas, aku bisa lebih bebas berekspresi. Tanpa tekanan.
***
Aku merasa kacau kalau menulis puisi. Nah, bersama mas Rizal aku berdiskusi tentang puisi. Puisi dibandingkan dengan cerita pendek atau cerpen.
“Aih! Versiku, dasar cerpen itu dari puisi. Penulis cerpen, pasti bisa puisi. Tapi tidak sebaliknya.”
Mas Rizal mulai berargumen. Karena bagiku cerpen dan puisi jelas jauh berbeda cara penyampaiannya. Tetapi dia meyakinkan kalau dasar cerpen berasal dari puisi.
“Terkadang, kalau di cerpen lebih leluasa mengeksplorasi kata. Mbak kuat sekali di cerpen. Dan itu, terbawa saat menulis artikel. Jadi enak, bacanya.”
Dia lupa kalau emak-emak memang suka mengeksplorasi kata-kata. Perempuan yang masa lajangnya kalem, nah…pas sudah menikah dan punya anak pasti cerewet.