Arogansi dan Keteladanan

Humaniora, YPTD0 Dilihat

AROGANSI DAN KETELADANAN

Pagi ini saya mau membahas tentang Arogansi dan Keteladanan. Dua hal ini tentu adalah saling bertolak belakang, karena Arogan bukanlah sebuah prilaku yang layak diteladani, arogan adalah sebuah sikap sombong, angkuh yang bersifat egosentris.

Keteladanan adalah Prilaku yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, khususnya pemimpin umat, sementara sikap arogan sesuatu yang harus dihindari oleh seorang pemimpin, karena prilaku buruk tersebut tidak pantas dimiliki oleh seorang pemimpin.

Sering kita menyaksikan, dan kita temui dalam keseharian prilaku arogan tersebut. Pastinya Kita sangat tidak menyukainya. Apa yang patut diteladani dari sikap buruk tersebut, hampir tidak ada. Karena dalam kehidupan bermasyarakat harus penuh welas asih, meninggalkan prilaku egosentris.

Kalau kita melihat ada seorang pemimpin yang pernyataan-pernyataannya memperlihatkan Arogansi Kekuasaannya, itu hanya dikarenakan dia tidak mampu menterjemahkan arti sebuah Amanah. Dia lupa kalau sebuah Kekuasaan itu hanyalah titipan, yang setiap saat bisa dicabut oleh Yang Maha Berkuasa atas Kekuasaan yang dititipkannya.

Apa sih sebetulnya yang perlu kita banggakan atas apa yang kita miliki,? Harusnya tidak ada, karena apa yang kita miliki saat ini sesungguhnya hanyalah Titipan-Nya, yang setiap saat, setiap waktu bisa diambilnya kembali, tanpa pernah bisa kita pertahankan.

Lantas apa perlunya kita bersikap sombong, mentang-mentang dan arogan, sementara kita bukan siapa-siapa, hanya mahluk yang menjalankan perintahnya, tidak memiliki kekuasaan atas apa pun, terlebih lagi terhadap sesama manusia.

Kanjeng Nabi itu adalah satu-satunya teladan yang baik bagi umat, adalah sosok spesial yang diciptakan Gusti Allah, kebaikan akhlaknya memang patut diteladani oleh umat manusia, makanya beliau diutua untuk memperbaiki Akhlak umat manusia.

Lah kalau Kanjeng Nabi saja tidak sombong dan arogan, kok ada manusia yang mengaku pengikutnya sombong dan arogannya luar biasa, tentunya kita bertanya, yang diikutinya siapa.?

Seorang Jurnalis bertanya kepada seorang pemangku jabatan itu memang tugasnya. Tapi ketika yang ditanya malah balik bertanya haknya apa memperbanyakan pertanyaan yang dianggap tidak layak dipertanyakan, itu adalah sebuah sikap Arogansi Kekuasaan.

Pemangku jabatan seperti ini tidak memberikan Keteladanan sama sekali, apalagi situasi itu disiarkan langsung kehadapan publik, tentunya dianggap sebagai sebuah preseden buruk bagi para Jurnalis.

Ada lagi pemimpin umat yang berperilaku sesuka hatinya dengan sangat arogan, tidak ada aturan yang bisa mencegah apa yang di lakukannya. Tentulah pemimpin umat seperti ini akhlaknya sangat jauh dari akhlak dan perilaku Baginda Nabi.

Menjadikan pemimpin umat sebagai panutan, tentulah bukan di lihat dari banyaknya pengikutnya, karena iblis pun banyak pengikutnya, tapi lebih kepada cerminan akhlak dan perilakunya. Untuk menilai akhlaknya, tentulah pedoman kita akhlah Baginda Nabi.

Tinggalkan Balasan