You’re Just My Cup Of Tea

Cerpen, Fiksiana15 Dilihat

Hatiku lelah, bahkan sekarang sekujur tubuhku juga ikut lelah. Tiada hatiku untuk melakukan pekerjaan rumah yang sudah menjadi rutinitasku selama ini. Aku bagaikan asisten rumah tangga saja, siap memasak aku mencuci setelah kering bajunya aku seterika. Sejenak istirahat aku sudah mulai membersihkan rumah dari menyapu membuang debunya terakhir dipel supaya kingclong dan harum. Tapi apa yang aku dapat dengan santainya dia yang bergelar suamiku berkata

“Perhatikan penampilanmu Ma, sudah bagai ART saja.” sangat menusuk bahkan berdarah tapi dia santai saja. apakah tidak ada cara yang lebih lembut atau manis untuk menegur aku yang digelarnya Istri.

Memang aku yang salah, aku pengemar sinetron yang selalu menayangkan bagaimana penampilan istri akan menjadi momok daripada perkahwinan. Aku pikir itu hanya terjadi di sinetron saja, ternyata aku kini mengalaminya.

Aku memandang cermin besar yang ada di kamarku, membalikkan badanku ke kanan dan ke kiri masih ok, tapi hanya penampilanku yang mungkin kurang menarik. Entahlah aku pengembar daster seperti melakukan rutinitas rumah tangga lebih leluasa dengan menggunakan daster longgar ini. Aku tipekel orang yang memang selalu berpikiran positip selama dirumah rasanya membuang – buang uang jika harus memakai kosmetik cukup bedak padat dan pelembab bibir pink wardah menjadi pilihanku. Selama ini tidak pernah terdengar protes dari suamiku tapi tadi sore sungguh aku luka sangat luka sehingga aku merasa sudah dilecehkan oleh suamiku sendiri.

Aku dikejutkan dengan bunyi pintu kamar yang dibuka dari luar, secepat kilat aku naik ke atas tempat tidur dan pura – pura tidur. Setelah insiden tadi sore aku menghindari suamiku, luka dijantungku masih mengeluarkan darah, aku marah.

Aku tidak mendengar langkah kaki masuk ke dalam kamar, hanya bunyi pintu kamar yang tertutup kembali. Aku mengintip, ternyata tidak ada siapa – siapa di kamar selain diriku. Aku menghembuskan napas berat. Melihat sepintas ke jam dinding di kamarku, pukul 7 mungkin suamiku ingin mengajakku makan malam, batinku.

***

Malam berlalu dengan aku masih membisu, setelah suamiku tertidur pulas baru aku bangun dan membereskan meja makan. Menata kembali dapurku biar rapi, baru aku kembali ke kamar untuk tidur. Dan pagi ini subuh sekali aku sudah bangun, menyiapkan sarapan untuk suami dan anakku. Sebelum pergi ke pasar aku menitipkan potongan kertas dengan isi tulisan

“ Sarapan sudah siap, tolong antar Adi kesekolah. Ana ke pasar.” Pesanku kepada suamiku.

Hatiku masih luka, aku tidak mau dilecehkan lagi oleh suamiku lebih baik menghindar, biasanya aku ke pasar setelah suami dan anakku pergi. Tapi biarlah sekali – sekali aku tidak mengantar kepergian mereka, batinku.

Lama aku duduk diparkiran motor pasar,

“Tidak belanja bu?” tukang parkir pasar bertanya

“Sebentar lagi Pak.” Aku menjawab hanya untuk berbasa – basi saja

Tentu tukang parkir bingung sudah hampir 1 jam aku duduk dijok motor, biasanya aku selalu tergesa – gesa berbelanja karena banyak pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan. Tapi hari ini aku sepertinya tidak ada mood untuk mengerjakannya. (bersambung)

***

 

Tinggalkan Balasan