Mencumbu Kenangan(2)

Cerpen, Fiksiana40 Dilihat

Flasback On

“Aku terima nikahnya Aisyah binti Amiruddin dengan bla bla bla.” Ijab bang Muhammad membuatku sah menjadi istrinya malam ini ba’da Isya.

Setetes air mata cepatku hapus sebelum membanjiri semua wajahku, senyum tersunging di bibir merahku, pipi merona mendengar suara orang – orang mengatakan aku cantik malam ini.

Satu persatu tamu pulang, kami sengaja tidak membuat resepsi karena Bang Muhammad hanya mendapat cuti sebentar dari satuanya.

Enam bulan lagi, baru kami akan mengadakan serepsi setelah Bang Muhammad bebas tugas rencananya.

“Terima kasih sudah mau menerima Abang.” Ucap Bang Muhammad setelah kami berada di kamar.

Matanya tak lepas dari memandang wajahku seakan – akan aku akan pergi meninggalkannya.

Ketukan di pintu membuat gerakan Bang Muhammad terhalang, sambil melihatku Bang Muhammad berjalan menuju pintu dengan mimic lucu sehingga aku tersenyum malu memandangnya.

“Ada orang dari satuan datang.” Suara Adikku dari balik pintu kamar memberitahu Bang Muhammad setelah pintu terbuka.

“Bang Ke depan sebentar.” Ucap Bang Muhammad sambil menoleh ke dalam kamar sebelum meninggalkanku di kamar sendirian.

Aku mematut diri di depan cermin sambil tersenyum sendiri,

“Akhirnya aku menjadi istri Bang Muhammad.” Batinku sambil memandang cincin nikah kami yang tersarung manis di jari manisku

Sudah hampir satu jam Bang Muhammad di depan, langkah mendekat ke kamar. Pintu kamar terbuka, sambil tersenyum Bang Muhammad masuk ke dalam kamar menuju jendela, dimana aku menunggu ke datangan Bang Muhammad.

“Aisyah suka memandang langit.” Ucapnya

“Asiyah suka menatap rembulan.” Jawabku sambil menunjukkan rembulan yang malam ini purnama.

“Abang harus kembali ke battalion malm ini, Aisyah tidak apa – apakan Abang tinggal. Dua hari lagi Abang kembali.” Ucap Bang Muhammad berhati – hati, takut aku terluka.

“Pergilah Bang.” Ucapku sambil tersenyum memberikan semangat kepada Bang Muhammad.

Aku sudah tahu resiko apa jika menikah dengan tentara, harus siap di tinggal jika tugas Negara memanggil.

“Terima kasih.” Ucap Bang Muhammad sambil mengecup keningku dan bersiap – siap untuk kembali ke battalion.

Aku membantu Bang Muhammad secepatnya

“Abang sayang Aisyah, tunggu Abang.” Kecupan di keningku membuatku merona, secepat kilat pila Bang Muhammad mengecup bibirku sebelum ada yang melihatnya,  melangkah keluar rumah masuk ke dalam mobil yang sudah menjemputnya.

***

Bukan dua hari tapi sudah dua tahun, dua tahun aku menunggu kepulangan Bang Muhammad. Setiap kali rindu aku akan memandang rembulan berharap Bang Muhammad kembali dan berkata

“Aisyah suka memandang langit.” Ucapnya waktu itu

“Asiyah suka menatap rembulan.” Jawabku sambil menunjukkan rembulan yang malam itu purnama.

Tapi ini sudah berpurnama aku lakukan memandang langit, tapi Bang Muhammad tidak kembali. Malam ini pun aku memandang langit tapi aku tidak menemukan rembulan di sana, aku kecewa.

Aku hanya mencumbu kenagan Bang Muhammad saja yang bisa aku lakukan, tersenyum gagah dengan seragamnya, kecoklatan warna kulitnya karena termakan matahari tapi membuat aku rindu dengan warnaya. Aroma khas lelaki dengan sengatan matahari menjadi canduku tapi itu hanya kenangan. Dan malam ini Bunda meminta aku melupakan semua kenangan tentang Bang Muhammad yang selama ini aku cumbu, apakah aku sanggup melupakannya? Entahlah.***

 

Tinggalkan Balasan