Pagi ini seperti biasanya. Aku bersiap-siap untuk masuk sekolah. Aku mandi pagi. Brrrrr dingiiiin…
Lalu aku mengambil nasi dan telur goreng yang telah disiapkan oleh simbah untukku. Aku segera memakannya. Nasi yang hangat dan telur goreng yang gurih ini membuatku lahap makan.
“Pelan-pelan kalau makan, Hok..”, kata simbah putriku.
Aku nyengir mendengarnya. Simbahku ini memang perhatian kepadaku.
Oh iya, namaku Hohok. Aku di sini tinggal hanya bersama simbah putriku. Bapak dan ibu bekerja di Jakarta. Jauh banget dari sini.
Dulu aku juga di Jakarta. Tetapi oleh ibu dan bapak, aku disekolahkan di kampungnya simbah. Sebuah sekolah yang ada teman-teman baik dan seperti aku.
Aku bersekolah di sebuah SLB. Setiap paginya aku diantar sama pak Yan. Dulu juga mengajar di sekolahku. Sekarang sudah tidak mengajar lagi di sini.
“Alhamdulillah.. Sudah mbah..”, kataku.
Aku selesai makan. Kemudian seperti biasanya, aku mencuci piring, gelas dan sendokku terlebih dahulu.
“Kalau di rumah, kamu cuci sendiri ya Hok.. Seperti kalau di sekolah.. Selesai makan langsung cuci piring, sendok dan gelas sendiri..”.
Itu pesan bu Atik kepadaku. Aku selalu ingat itu. Makanya aku selalu mencuci sendiri sehabis makan.
***
Di sekolah.
“Bu, ini…”, kataku sambil menyerahkan sejumlah uang sanguku.
Aku setiap pagi memang selalu harus bertemu bu Yeni di ruang kantor guru. Untuk menabung.
“Jajannya tidak usah banyak-banyak ya, Hok..”, kata bu Atik di kelasku dulu.
“Uangnya ditabung di bu Yeni..”, lanjut bu Atik saat itu juga.
Aku menganggukkan kepalaku. Memang aku selalu diberi uang sangu lumayan banyak. Dan dulu selalu aku habiskan untuk jajan. Hehe.
“Oke.. Kamu bawa makan siang seperti biasanya kan, Hok?”, tanya bu Yeni.
“Bawa, bu..”.
“Nah, ini yang buat jajan kamu.. Dan yang separoh ditabung ya..”, kata bu Yeni kepadaku sambil menyerahkan uang jajanku.
Kemudian bu Yeni mengecek tasku. Mengecek benar-benar ada atau tidak makan siangku. Karena aku pernah tidak membawa makan siang.
***
“Uangnya aku tabung yang separoh..”, ceritaku kepada Gunawan.
“Halah.. Kok ditabung.. Buat jajan saja, Hok.. Seperti aku.. Puas bisa jajan banyak seperti ini.. Haha..”, ledek Gunawan.
“Aku sudah membawa makan siang. Jadi aku tidak boleh jajan banyak.. Nanti aku bisa tambah gendat.. Eh gendut..”, kataku membela diri.
Memang aku gendut dibanding teman-temanku. Makanya aku tidak akan jajan banyak, meski sebenernya juga pengen. Hehe.
***
Dan pagi selanjutnya, seperti biasa.
Di sekolah ku temui bu Yeni. Aku sudah terbiasa menabung separoh uang jajanku. Bu Yeni selalu mencatatnya kok.
Simbah putriku juga senang aku terbiasa menabung di sekolah. Ibu dan bapak pasti juga senang. Aku juga senang karena tabunganku selalu bertambah.