Kisah-Kisah Perjalanan: Berburu Matahari

Wisata0 Dilihat

Lovina

Selepas Subuh kami bersiap-siap. Langit di luar masih gelap. Dari Legian, perlu waktu beberapa jam untuk tiba di Lovina. Kami berangkat untuk berburu matahari terbit dan kalau beruntung bisa bertemu lumba-lumba.

Berburu matahari. Tak sedikit wisatawan yang rela melakukan apa saja untuk menikmati keindahan panorama alam pada saat matahari terbenam dan ketika ia terbit.

Seorang pendaki menghitung pagi agar bisa menikmati matahari terbit. Mereka menginap atau melakukan pendakian saat malam hari.

Pelancong lainnya melakukan survei sederhana untuk mengetahui spot-spot terbaik menikmati matahari terbit dan terbenam. Seolah-olah kedua waktu tersebut bermakna besar pada liburan mereka.

Ya, di sinilah aku dan kedua teman. Berkendara saat langit masih gelap berharap disambut langit kemerahan berganti keemasan. Tapi kami terlalu cepat tiba. Langit belum kunjung berwarna.

Lalu kami pun menawar jasa berperahu. Siapa tahu sambil berada di atas kapal nelayan kami bisa menjumpai sang syamsu.

Kami juga berniat untuk snorkeling selepas matahari terbit. Juga siapa tahu kami berjumpa si makluk air lucu nan cerdik. Aku membaca di buku panduan wisata, kawanan lumba-lumba liar suka hadir di sini dan jika kami hoki.

Ya kami pun berperahu di atas lautan. Langit mulai kemerahan. Aku kembali merasa ngantuk, agak kedinginan dan terbuai angin sepoi-sepoi, duh inginku kembali memejamkan mata.

Saat si pengemudi perahu memberitahu ada kawanan lumba-lumba di kejauhan, baru aku mulai sadar akan tujuan. Hampir aku ketiduran.

 

Si Lumba-Lumba

Melihat lumba-lumba liar rasanya menyenangkan. Aku berharap mereka terus eksis dan tak terganggu oleh ulah wisatawan. Lalu sebuah pikiran tebersit, apakah aku termasuk wisatawan yang mengganggu kehidupan mereka? Siapa tahu mereka tak nyaman ada banyak wisatawan di Lovina.

Eh kawanan lumba-lumba itu posisinya kemudian tak jauh dari perahu kami. Aku selalu suka melihat mereka, senyum mereka seolah-olah selalu terkembang, wajah mereka juga nampak cerdik.

Matahari dan Nuansa Magis

Saat-saat itulah terasa magis. Matahari terbit, ia nampak orange di sebuah sudut lalu warnanya menyebar, langit kemudian berubah menjadi kuning. Ooh indah sekali.

Matahari

Aku seperti terhisap oleh keindahannya. Di atas lautan luas, aku hanya seperti molekus di antara luasnya alam semesta. Lumba-lumba itu masih asyik berenang ke sana-sini berlatar langit dengan semburan warna dari matahari yang menawan.

Tak ada ruginya aku berburu matahari.

Tinggalkan Balasan